Untung-Rugi Indonesia Gabung OPEC Sebagai Peninjau

Luhung SaptoLuhung Sapto - Selasa, 09 Juni 2015
Untung-Rugi Indonesia Gabung OPEC Sebagai Peninjau
Anggota Komisi VII DPR RI, Kurtubi pada Diskusi Pembubaran Petral di Press Room DPR, Jakarta Pusat, Kamis (21/5). (Foto: MerahPutih/Rizki Fitrianto)

MerahPutih, Bisnis-Bergabungnya Indonesia kembali ke Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) ditanggapi beragam. Masalahnya, posisi Indonesia hanya sebagai peninjau. 

Anggota DPR Komisi VII, Kurtubi menilai tidak banyak manfaatnya. Pasalnya, posisi Indonesia di dalam keanggotaan OPEC hanya sebagai observer (peninjau).

Kurtubi mengatakan sebagai peninjau Indonesia tidak memiliki kewenangan dan hak suara apapun di OPEC. Indonesia hanya diizinkan untuk mengikuti sidang umum organisasi eksportir minyak.

“Untuk apa hanya menjadi peninjau? Cuma meninjau, duduk diam gak ada gunanya. Kalau cuma jadi peninjau semua juga bisa,” katanya ketika dihubungi merahputih.com, Selasa (9/6).

Menurut Kurtubi lebih baik Pemerintah fokus untuk meningkatkan produksi migas dan memperbaiki tata kelolanya.

"Sebenarnya kita punya banyak cadangan dengan negara sebesar ini. Masak Malaysia yang kecil dari kita tapi produksinya lebih banyak. Makanya perbaiki tata kelolanya agar produksinya tinggi,” kata Kurtubi.

Mantan Gubernur OPEC, Maizar Rahman berpendapat meskipun hanya tim peninjau tetap ada manfaatnya bagi Indonesia. Menurutnya, keikutsertaan Indonesia bisa dimanfaatkan untuk melakukan diplomasi.

“Dalam forum itu bisa berkomunikasi secara informal dengan para menteri OPEC dan dengan para CEO perusahan minyak anggota OPEC. Bahkan dengan pejabat tinggi perminyakan negara OPEC," ucapnya.

Menurutnya dengan adanya komunikasi informal tersebut akan lebih mengefisienkan diplomasi energi. Saat ini, diplomasi energi yang dibutuhkan Indonesia adalah untuk memastikan sumber minyak negara OPEC yang memang dibutuhkan Indonesia.

"Karena kita sudah memerlukan impor minyak cukup besar. Sedangkan kita tahu negara Asia, hampir seluruhnya importir minyak," kata dia.

Indonesia juga harus berkompetisi dengan negara lain perihal pengadaan impor minyak. Sebab, negara lain seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lebih kuat dibanding Indonesia dengan kecanggihan teknologi, besaran investasi, hingga penjualan alat militernya.

"Sedangkan Indonesia tidak punya dana, teknologi, peralatan militer. Yang bisa kita tonjolkan adalah kedekatan Indonesia yang dulu pernah menjadi negara anggota OPEC selama lebih dari 45 tahun. Kedekatan itu yang mau kita pakai dalam posisi tawar kita," terangnya. (Rio)

Baca Juga:

Indonesia Kembali Gabung OPEC

Indonesia akan Beli Minyak Iran

Lifting Minyak 1,5 Juta Barel per Hari Tinggal Sejarah

 

 

#Importir Minyak #Devisit Cadangan Minyak #OPEC
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan