MerahPutih.com - Semua negara di dunia sedang mencari jalan keluar dari krisis global, termasuk Indonesia. Situasi ini menjadi ujian bagi negara-negara baik negara besar seperti Amerika dan Tiongkok, terlebih lagi bagi negara berkembang.
Belum ada negara yang bisa dianggap bisa menawarkan satu proposal pendekatan jitu yang bisa diterima secara bersama dalam krisis COVID-19 ini. Lantas Bagaimana dengan Indonesia?
Baca Juga
Anak-Anak Rentan COVID-19, Pemerintah Diminta Pertimbangkan Lagi Pembukaan Sekolah
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta mengatakan, Indonesia punya sejarah daya tahan yang panjang menghadapi situasi sulit selama ratusan tahun lamanya.
“Salah satunya adalah faktor psikoetnik bangsa kita yang kuat dan itu modal dasar yg tidak boleh kita abaikan,” kata Anis Matta lewat keterangan tertulisnya, Selasa (26/5).

Eks Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, psikoetnik itu adalah sisi kepribadian bangsa, pola mental dan kejiwaan atas suku bangsa yang kita miliki.
"Ini harus bisa direenginering sebagai modal besar untuk bisa bangkit kembali,” jelas Anis Matta.
Sementara itu, pengamat ekonomi sekaligus pelaku usaha Andi Rahmat menyampaikan bahwa situasi ini bukanlah akhir bagi Indonesia bahkan bisa menjadi awal untuk menata ulang kekuatan ekonomi baru Indonesia.
“Ini bukan kiamat bagi Indonesia, ini kesempatan bagi kita mensetup sistem kehidupan ekonomi menjadi lebih baik kedepan,” pesan Andi Rahmat.
Baca Juga
Ribuan Personel Gabungan Mulai Pantau Kedisiplinan Warga di Jakarta Pusat
Disamping pendekatan ekonomi pendekatan psikoetnik menjadi faktor penting dalam membangun kembali spirit bangsa untuk bisa bangkit dari krisis. Ada beberapa alasan kenapa hal ini menjadi penting bagi Anis Matta.
“Kalau Indonesia mau bangkit maka resepnya hilangkan kemalasan, kerja yang benar, miliki pertanggungjawaban sejarah serta bangun ambisi besar sebagai bangsa,” pungkas Anis Matta. (Pon)