DIABETES masih menjadi salah satu penyakit yang mengancam dunia. International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta orang dewasa di dunia menyandang diabetes dengan prevalensi global mencapai 9,3%. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1% penyandang diabetes (diabetesi) tidak terdiagnosis. Ini menjadikan status diabetes sebagai silent killer masih menghantui dunia.
Tidak hanya kehadirannya yang nyaris tidak terdeteksi, jumlah pengidap diabetes pun mengalami peningkatan yang signifikan. Angka diabetesi (pengidap diabetes) diperkirakan meningkat sebanyak 45% atau setara dengan 629 juta pasien per tahun 2045. Indonesia juga tidak lepas dari ancaman mematikan ini.
Baca Juga:

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD memperingatkan bahwa Indonesia berstatus waspada diabetes. Berdasarkan data dari IDF, Indonesia menempati urutan ke-7 dari sepuluh negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi, yakni 10,681,400 orang per tahun 2020 dengan prevalensi 6,2%. Angka ini diperkirakan meningkat jadi 16,7 juta pasien per tahun 2045. Dengan data tahun ini, 1 dari 25 penduduk Indonesia atau 10% dari penduduk Indonesia mengalami diabetes.
“Yang paling banyak di Indonesia adalah kasus diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Dan melihat angka yang sangat besar, artinya setiap orang memiliki kerabat, teman, atau bahkan keluarga yang mengalami penyakit diabetes,” ungkapnya.
Executive Committee Member IDF Western Pacific Region Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD, KEMD, FACE menjelaskan bahwa kenaikan jumlah diabetesi tipe 2 atau diabetes melitus ini didorong oleh kondisi saling mempengaruhi yang kompleks antara pertumbuhan sosioekonomi, demografis, lingkungan, dan faktor genetis.
"Kontributor utama lainnya termasuk arus urbanisasi, populasi penduduk yang menua, berkurangnya aktivitas fisik di tengah masyarakat urban, dan meningkatnya obesitas serta kelebihan berat badan," jelasnya.
Baca Juga:

Di masa pandemi COVID-19, diabetesi (penderita diabetes) perlu lebih aware dengan kesehatannya. Mereka harus mengecek kadar gula darah secara rutin dan melakukan pencegahan. Itu karena diabetes merupakan salah satu komorbid atau penyakit penyerta yang banyak ditemukan pada pasien virus COVID-19. "Diabetes pada pasien COVID-19 berada di peringkat kedua yaitu sebanyak 34,4% kasus di Indonesia,” jelas Profesor Suastika.
Para diabetesi memerlukan diet gizi khusus untuk secara efektif mengatur kadar gula darah mereka serta memenuhi kebutuhan gizi mereka. Sementara Presiden PB PERSADIA 2020-2022, Dr. dr. Sony Wibisono, Sp. PD-KEMD, FINASIM mengatakan bahwa pengendalian diabetes tidak hanha melibatkan pasien. Perlu adanya perawatan medis secara terintegrasi dari tim kesehatan dan keluarga.
“Perencanaan pengelolaan diabetes melitus harus dilakukan secara bersama antara pasien dengan keluarga agar kadar gula darah dapat terkontrol," himbaunya. (avia)
Baca Juga: