HIMPUNAN Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) mendorong anggotanya untuk memperluas jangkauan pasar dengan memanfaatkan platform digital. Data dari Statista menunjukkan, pasar e-commerce furnitur dunia pada 2022 mencapai USD 28 miliar (sekitar Rp 434 triliun). Diperkirakan sampai dengan 2030 nilainya akan mencapai USD 41 miliar (sekitar Rp 635 triliun).
Dikutip dari Forbes, penjualan melalui e-commerce 2023 diperkirakan meningkat 10,4 persen. Dari sisi industri furnitur, World Furniture Account Federation memproyeksikan potensi pasar furnitur bisa mencapai lebih dari USD 700 miliar (sekitar Rp 10.800 triliun) dengan pertumbuhan berkisar enam sampai 10 persen.
"Para pelaku usaha furnitur dan kerajinan harus bisa memanfaatkan platform digital untuk mendukung promosi produk mereka. Platform digital bisa menjangkau buyers potensial dari seluruh dunia. Untuk pasar ekspor ini tentu akan sangat membantu promosi dan penjualan," ujar Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.
Baca juga:
IFEX 2023 Targetkan Pasar India

HIMKI berharap pelaku industri furnitur dan kerajinan Indonesia bisa menjadi bagian dari potensi besar pasar furnitur global tersebut. Seperti diketahui, HIMKI saat ini telah memperluas target pasar ke emerging market seperti India, Timur Tengah, dan Afrika.
Hal ini merupakan bagian dari upaya mencapai target nilai ekspor sebesar USD 5 miliar (sekitar Rp 77 triliun) pada akhir 2024. Platform digital bisa menjadi salah satu pilihan untuk mempromosikan produk-produk furnitur Indonesia ke emerging market di atas.
Menurut Wakil Ketua HIMKI Bidang Promosi dan Pemasaran Djudjuk Aryati, India dan Timur Tengah merupakan pasar yang sangat potensial untuk produk furnitur Indonesia.
Baca juga:
IFEX 2023 Resmi Dibuka, Siap Bangkitkan Industri Ekspor Indonesia

"Sekitar 70 persen penduduk India adalah kaum milenial yang bisa kita sasar dan kita maintain sebagai buyers. Produk-produk kita punya keunikan sendiri yang bisa kita tawarkan kepada buyers potensial ini," ujarnya.
Ia menambahkan kondisi pandemi dua tahun belakangan, memaksa Tiongkok menerapkan kebijakan karantina, menjadi berkah bagi Indonesia karena banyak buyers yang beralih ke pasar Indonesia. Hal ini menjadi keuntungan yang perlu dipertahankan oleh pelaku industri furnitur dan kerajinan Indonesia.
“Pada Asia circle ini, buyers internasional umumnya sudah memiliki agenda untuk mengunjungi berbagai pameran furnitur di Asia, termasuk IFEX. Ini harus kita manfaatkan untuk menunjukkan produk terbaik kita yang tidak dimiliki negara lain. Kemudian follow-up bisa dilakukan melalui platform digital tadi,” tutup Sobur. (and)
Baca juga:
Indonesia International Furniture Expo Siap Digelar Maret 2023