[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Mengandung Racun Berbahaya

Zulfikar SyZulfikar Sy - Senin, 26 Juli 2021
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Mengandung Racun Berbahaya
Tangkapan layar Twitter soal hoaks vaksin mengandung racun. (Foto: MP/Turnbackhoax.id)

MerahPutih.com - Beredar postingan di Twitter berupa video oleh akun @Ibeen16. Terlihat seorang bernama ”Dr Peter McCullough” mempermasalahkan vaksinasi yang dilakukan pemerintah.

McCullough menganggap bahwa program vaksinasi dirancang untuk keuntungan pihak tertentu, mereka bekerja sama dengan pemerintah dan memaksakan rakyat untuk divaksin. Sesuai dengan terjemahan dalam video tersebut, McCullough mengatakan “racun” sebanyak 2 kali, yang mana kata “racun” mengarah pada vaksin.

Selain itu, deskripsi dalam video juga berusaha menggiring penonton untuk percaya ungkapan McCullough. Video tersebut beredar di tengah program vaksinasi yang sedang gencar dilakukan pemerintah untuk menghentikan pandemi. Postingan @Ibeen16 disertai dengan tagar #PresidenTerburukDalamSejarah, yang beberapa hari lalu sempat menjadi trending topic.

Baca Juga:

[HOAKS atau FAKTA]: CNN Indonesia Tawarkan Bermacam Hadiah Bagi Warga yang Bersedia Divaksin

FAKTA:

Untuk mengetahui konteks pembicaraan dari potongan video tersebut, tim Mafindo melakukan pencarian melalui Google, dan ditemukan full video beserta transkripnya di sini (https://archive.vn/aSZIp).

Dalam video berdurasi 1 jam 45 menit tersebut, memperlihatkan Dr Peter McCullough di-interview oleh John Leake.

Pernyataan McCullough sebenarnya tidak berkata “racun” secara langsung sebagaimana terjemahan dalam video @Ibeen16.

Namun, McCullough jelas mengklaim bahwa vaksin berbahaya dan dapat menyebabkan pembekuan darah, stroke, dan kematian mendadak. Ia juga mengklaim kematian dan penuhnya rumah sakit disebabkan karena vaksinasi.

Meski begitu, pernyataan McCullough adalah hoaks.

Tangkapan layar Twitter soal hoaks vaksin mengandung racun. (Foto: MP/Turnbackhoax.id)
Tangkapan layar Twitter soal hoaks vaksin mengandung racun. (Foto: MP/Turnbackhoax.id)


Dr Peter McCullough mengaku sebagai dokter ahli penyakit jantung dan penyakit dalam dari Texas, Amerika Serikat, ia juga Profesor di Fakultas Kedokteran A&M College of Medicine, The Baylor Dallas, Texas.

Meski mengaku seorang dokter, ia memiliki riwayat menyebarkan informasi bohong mengenai pandemi dan vaksin COVID-19, khususnya vaksinasi yang dilakukan di Amerika Serikat.

Adapun klaimnya di antaranya adalah orang-orang di bawah 50 tahun tidak perlu divaksin, orang yang sembuh dari COVID-19 tidak perlu divaksin, vaksin Pfizer dan Moderna menggunakan program aplikasi komputer, serta vaksin berbahaya karena menyebabkan kematian.

Semua klaimnya adalah hoaks. Apabila vaksin memang berbahaya, maka akan terjadi kematian massal di Amerika Serikat.

Dilansir dari Our World in Data, sebanyak 50 persen warganya sudah divaksin 2 dosis, hampir mendekati target yang dicanangkan yakni 70 persen.

Dilansir dari The New York Times, Amerika Serikat mengalami tren penurunan jumlah kematian akibat COVID-19 dari bulan April hingga Juli 2021.

Kota New York yang sempat menjadi episentrum virus corona di Amerika Serikat mulai melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial, hal itu dikarenakan terjadi penurunan kasus positif dan banyaknya warga yang sudah divaksin.

Bersumber dari Kumparan, justru 99 persen kasus kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat adalah orang yang belum divaksin.

Adapun jenis vaksin yang banyak digunakan di Indonesia yakni AstraZeneca dan Sinovac terbukti aman digunakan, karena sudah melalui uji klinis.

Baca Juga:

[HOAKS atau FAKTA]: Bikin KTP Kini Mesti Tunjukkan Bukti Vaksin

Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, vaksin Sinovac telah memenuhi standar WHO untuk keamanan, efikasi, dan pembuatan. Selain itu, WHO dan BPOM juga telah memasukkan Sinovac ke Daftar Penggunaan Darurat (EUL) bersama vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm.

Menurut Dirga Sakti Rambe, dokter spesialis penyakit dalam yang berfokus di bidang vaksinologi, penggunaan vaksin memang memiliki efek samping, namun kebermanfaatannya lebih banyak dan minim resiko.

Adapun klaim bahwa orang yang mendapat vaksin AstraZeneca mengalami pembekuan darah hanyalah beberapa saja yakni 10 dari 1 juta orang.

KESIMPULAN:

Berdasarkan data yang terkumpul, klaim bahwa vaksin mengandung racun berbahaya adalah hoaks dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan. (Knu)

Baca Juga:

[HOAKS atau FAKTA] Sekumpulan Orang di Bekasi Ditangkap saat Hendak Salat Idul Adha

##HOAKS/FAKTA #COVID-19
Bagikan
Bagikan