Lingkungan Hidup

Hewan Maggot Diharapkan Bisa Ikut Membantu Penanganan Sampah di Jawa Barat

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 24 November 2021
Hewan Maggot Diharapkan Bisa Ikut Membantu Penanganan Sampah di Jawa Barat
Sample hewan maggot pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Gedung Sate, Kota Bandung. (Foto: Biro Adpim Jabar)

PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat meluncurkan Rumah Edukasi Maggot sebagai bentuk kolaborasi pentaheliks dalam pengelolaan sampah organik skala perkantoran yang diharapkan dapat diterapkan di skala perumahan. Adapun yang diresmikan saat ini adalah untuk skala perkantoran di Kawasan Kawaluyaan, Kota Bandung.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar Prima Mayaningtyas menuturkan, pemanfaatan hewan melata maggot bisa mengurangi sampah organik yang dihasilkan masyarakat.

Baca Juga:

Pilot Activity, Program Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo oleh Sekretariat TKN

maggots
Satu kilogram maggot dapat menghabiskan sampah organik sebanyak lima kilogram dalam waktu sekitar 24 jam. (Foto: Pexels/cottonbro)

"Satu kilogram maggot dapat menghabiskan sampah organik sebanyak lima kilogram dalam waktu sekitar 24 jam. Dengan upaya pengurangan (sampah) di hulu ini, dengan komposisi 30 persen pengurangan di hulu dan 70 persen penanganan di hilir. Inilah salah satu upaya yang bisa kita lakukan," kata Prima, dalam Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (23/11).

Pada kesempatan tersebut, Prima mengingatkan pentingnya kepedulian terhadap perlindungan Puspa dan Satwa Nasional adalah sebagaimana amanat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 4 Tahun 1993.

Peringatan tersebut diharapkan dapat mendorong partisipasi publik, dan peran aktif dari segenap pemangku kepentingan, masyarakat, dan juga sekolah dalam hal peningkatan kualitas lingkungan di Jawa Barat.

Sementara Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja menuturkan, ekonomi hijau atau green economy merupakan salah satu dari tujuh peluang ekonomi pascapandemi COVID-19 di Jabar hasil studi konsultan manajemen internasional Oliver Wyman.

Oleh karena itu, Setiawan mengatakan bahwa biodiversity atau keanekaragaman hayati yang terdiri dari tumbuhan dan satwa harus terus dijaga. Kesadaran akan kelestarian lingkungan menjadi kunci dalam pelaksanaan pembangunan di segala sektor.

Baca Juga:

Sampah Plastik dari Sungai Brantas Dipamerkan Dalam Berbagai Bentuk Miniatur

maggots
Menggunakan maggot untuk mengelola sampah organik. (Foto: Unsplash/Jiri Brtnik)

"Pembangunan sektor apapun juga harus memperhatikan sustainability-nya, keberlanjutannya, dan itu merupakan basis untuk Jawa Barat," tegas Setiawan.

"Biodiversity sebagai aset. Itu sangat luar biasa dan Jabar di antaranya yang dimaksud dengan itu, karena Jabar provinsi yang lengkap, ada gunung, hutan tropis, ada pantai, termasuk geopark ada, kalau kita bicara energi yang sustainable, kita punya geothermal, dan lain sebagainya," tambahnya.

Setiawan mengingatkan agar biodiversity, sebagai potensi dan kekayaan alam Jabar, mesti dirawat dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai keanekaragaman hayati di Jabar terkikis. Menurutnya, kolaborasi menjadi faktor penting untuk menjaga keanekaragaman puspa dan satwa di Jabar.

Dia juga mengajak seluruh pihak untuk mencintai puspa dan satwa. Maka dari itu ada program Taman Kehati atau Taman Keanekaragaman Hayati. Program tersebut bertujuan memulihkan kembali keanekaragaman hayati.

"Saya titip sesuai tema hari ini kita harus menjaga keutuhan biodiversity kita," katanya. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Literasi Penanganan Sampah Medis Perlu Ditingkatkan

#Sampah #Teknologi
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan