MEMBELI pakaian thrifting jadi salah satu solusi untuk sebagian orang yang ingin menghemat uang namun ingin tampil kece. Karena bila jeli mencarinya, kamu bisa menemukan pakaian bekas yang kualitasnya masih bagus serta memiliki merek cukup terkenal.
Baca juga:

Tetapi perlu diingat, membeli pakaian thrifting ternyata bisa berisiko mengalami penularan infeksi baik dari bakteri, jamur, virus, maupun parasit seperti tungau dan kutu saat menggunakan pakaian bekas.
“Boleh membeli dan menggunakan pakaian bekas, tapi ada yang perlu diperhatikan. Kalau dari sisi kesehatan adalah penularan infeksi. Agen infeksi baik dari bakteri, jamur, virus, dan parasit seperti tungau dan kutu berpotensi menyebar melalui pakaian tersebut,” jelas Dokter spesialis kulit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Arini Widodo, SpKK seperti dikutip dari Antara, Minggu (5/3).
Lebih lanjut, menurut anggota dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) itu, pakaian bekas tidak bisa dijamin kebersihannya baik dari proses penjualan, pengiriman, maupun kebersihan dari pemakai sebelumnya. Beberapa penyakit yang dapat dibawa oleh agen infeksi itu di antaranya scabies dan eksim.
Dalam beberapa forum-forum kesehatan, Arini menambahkan pernah ditemukan virus pernapasan seperti rhinovirus, virus influenza, dan virus-virus lainnya pada pakaian bekas. Selain itu, pakaian bekas juga biasanya disemprotkan fumigant atau bahan kimia lainnya untuk mencegah dan mengedalikan infeksi. Namun, menurut Arini penyemprotan tersebut dapat menimbulkan efek samping lain jika uapnya terhirup terus menerus.
Baca juga:

“Biasanya efek yang bisa timbul antara lain sakit kepala, pusing, vertigo, mual, muntah, penglihatan kabur, dan bahkan mungkin bisa kejang-kejang,” lanjut Arini.
Tak hanya itu, bahan kimia tersebut juga bisa menyebabkan kulit iritasi dan mencetuskan alergi pada beberapa orang yang memiliki kulit sensitif. Meski demikian, Arini melanjutkan bahwa seberapa besar risiko infeksi akibat menggunakan pakaian bekas tentu sangat tergantung pada proses disinfeksi.
Maka dari itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko infeksi adalah mencuci pakaian dengan air mendidih. Hal tersebut bisa mematikan berbagai macam organisme pathogen penyebab infeksi. Namun, perlu diingat bahwa air mendidih bisa merusak berbagai warna dan bahan pakaian tertentu. (far)
Baca juga: