Merahputih.com - Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyebut, pemeriksaan virus corona tak menjamin seseorang bebas infeksi terhadap orang yang diperiksa. Pasalnya, hasil negatif dari rapid test bisa saja disebabkan karena respons imunologi yang belum muncul.
"Hasilnya pasti negatif meskipun di dalam tubuhnya sudah ada infeksi,” jelas Yurianto kepada wartawan, Senin (23/3)
Nantinya, pemeriksaan harus diulang kembali pada 7 hari berikutnya guna memastikan hasil negatif pemeriksaan sebelumnya. “Inilah yang kemudian menjadi dasar buat kita bahwa tidak ada satupun yang memberikan garansi bahwa kalau pemeriksaannya negatif itu dimaknai tidak terinfeksi,” ucapnya.
Baca Juga:
Tertib, Ratusan Ojol Antre Semprotan Disinfektan Gratis di Pinggir Jalan
Namun, jika dalam dua kali pemeriksaan hasilnya tetap dinyatakan negatif, maka yang bersangkutan sedang tak terinfeksi.
“Manakala hasilnya ditemukan positif maka kita akan melakukan pemeriksaan ulang dengan menggunakan PCR. Karena PCR ini adalah pemeriksaan dengan metode monokuler yang memiliki sensitifitas jauh lebih tinggi dibanding dengan rapid test yang berbasis dengan serologi,” kata Yurianto.
Yurianto kembali mengingatkan bahwa orang dengan gejala sakit ringan atau bahkan tanpa gejala justru berpotensi menularkan penyakit yang dibawa SARS-CoV-2. Untuk itu, ia mengimbau agar masyarakat disiplin melakukan social distancing untuk membatasi kontak erat yang bisa memicu tingginya penularan penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini.
"Ini menjadi bahaya, sehingga penting untuk sama-sama kita kendalikan, karena penularan seperti inilah yang terjadi di masyarakat kita," tegas Yurianto.

Kelompok usia muda dengan imunitas yang baik disarankan untuk tetap memperhatikan orang-orang di sekitar yang lebih rentan terjangkit virus corona. Sebab kelompok usia muda yang terjangkit virus corona bisa menularkan penyakit tersebut kepada orang terdekatnya yang berisiko.
Kelompok yang dimaksud adalah mereka yang telah lanjut usia serta yang telah memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, hipertensi, dan gagal ginjal. Penyakit bawaan inilah yang memicu tingginya risiko penyakit COVID-19 bisa mengancam keselamatan jiwa korbannya.
Yurianto meyampaikan rencana pemerintah untuk melakukan pemeriksaan atau tes COVID-19 secara massal. Saat ini, pemerintah mengklaim telah mendatangkan sebanyak 150 ribu kit test ke Indonesia. Ke depan, rencananya akan ada penambahan kit test hingga 1 juta alat.
Baca Juga:
RSUD dr Moewardi Rawat 3 Pasien Positif COVID-19, Pinsar Kirim 2000 Telur Ayam
Meski begitu, dengan rapid test ini, pemerintah akan lebih mudah mengelompokkan pasien mana yang lebih tepat mendapat perawatan di rumah sakit yang kapasitasnya memang terbatas.
Klasifikasi tersebut terdiri dari pasien positif tanpa keluhan, pasien positif dengan gejala sakit ringan. Kedua kategori ini, lebih direkomendasikan untuk melakukan isolasi atau karantina secara mandiri di rumah.
"Sedangkan pasien positif COVID-19 dengan komplikasi berat, diprioritaskan untuk menjalani perawatan di ruang isolasi bertekanan negatif dan peralatan yang canggih di rumah sakit rujukan pemerintah," tutur Yuri. (Knu)