Hari Perhubungan Darat Nasional, Menilik Angkutan Umum di Jakarta yang Sudah Punah

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Selasa, 22 November 2022
Hari Perhubungan Darat Nasional, Menilik Angkutan Umum di Jakarta yang Sudah Punah
Melalui peringatan kali ini, angkutan umum diharapkan dapat bangkit lagi dan memainkan peran penting dalam mendukung mobilitas warga. (Foto: Unsplash/Farrel R.S.)

HARI Perhubungan Darat Nasional diperingati tiap 22 November. Peringatan ini ditetapkan oleh Pemerintah sejak 1971. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pelayanan perhubungan darat, seperti transportasi darat hingga kebutuhan pejalan kaki.

Tahun ini, Kementerian Perhubungan mengambil tema "Bangkit Maju Bersama". Tema tersebut diambil untuk mendorong sektor transportasi agar bangkit lebih cepat setelah masa pandemi.

Melalui peringatan kali ini, angkutan umum diharapkan dapat bangkit lagi dan memainkan peran penting dalam mendukung mobilitas warga, mengurangi kemacetan, dan menurunkan polusi.

Sepanjang sejarahnya, angkutan umum pernah menjadi tulang punggung warga Ibukota sebelum perannya digoyang oleh kendaraan bermotor pribadi. Tercatat beberapa angkutan umum yang pernah jadi andalan, tetapi sekarang sudah punah.

Baca juga:

Mengintip Angkutan Umum Lawas di Indonesia Classic N Unique Bus 2019

Oplet

oplet
Oplet adalah moyang angkot di Indonesia. (Foto: Tropenmuseum)

Oplet adalah moyang angkot di Indonesia. Sejarawan Mona Lohanda mencatat kehadirannya di Batavia sejak 1935. "Pada sekitar tahun 1935-an itu muncul pula jenis angkutan mobil penumpang yang disebut autolettes, yang oleh orang Betawi disebut oplet, terang Mona dalam Para Pembesar Mengatur Batavia.

Sebenarnya bentuk awal kendaraan ini tak dirancang khusus sebagai angkutan umum. Sasisnya diubah dengan tambahan kabin kayu di belakang sopir, lalu ditambahkan rancangan kursi khusus dari pemiliknya. Jadilah oplet angkutan penumpang.

Oplet dapat mengangkut 6-8 penumpang dan melayani rute jarak menengah di dalam kota. Keberadaan oplet mulai berkurang pada 1980-an setelah Pemerintah Kota memperkenalkan angkutan umum jenis baru, mikrolet.

Bemo

bemo
. Ukurannya yang ringkas dan mungil membuatnya dapat menelusuri gang-gang sempit di Jakarta. (Foto: id.wikipedia.org/Taisyo)

Angkutan ini punya bentuk unik. Bagian depannya menyerupai moncong atau paruh burung. Sehingga angkutan ini sering dijadikan bahan ledekan untuk orang yang punya bentuk mulut agak maju. Misalnya dalam film Warkop DKI. Sasisnya diimpor dari pabrikan Daihatsu di Jepang pada 1960-an.

Bemo kependekan dari Becak Motor. Sebab, rodanya cuma berjumlah tiga, seperti becak. Angkutan umum ini digunakan di Jakarta untuk menyambut Asian Games 1962. Ukurannya yang ringkas dan mungil membuatnya dapat menelusuri gang-gang sempit di Jakarta.

Seiring waktu, bemo kemudian digusur dan dilarang beroperasi di Jakarta pada 1990-an. Namun, sampai akhir 2010-an, sejumlah bemo masih beroperasi secara terbatas di jalan Bendungan Hilir dan Manggarai.

Becak

becak
Becak sempat jadi andalan warga bermobilitas ke pelosok kota yang tak terjangkau oleh angkutan umum bermotor. (Foto: id.wikipedia.org/Jonathan Mcintosh)

Angkutan umum ini sudah ada sejak 1930-an di Batavia. Menurut Lea Jellinek, penulis buku Seperti Roda Berputar, becak kemungkinan didatangkan dari Singapura dan Hongkong.

Kata becak berasal dari bahasa Tiongkok: bee artinya kuda dan tja artinya gerobak. Jadi, becak adalah gerobak kuda. Namun, di Indonesia, yang menarik adalah manusia.

Becak mirip dengan jinrikisha, kendaraan dari Jepang yang ditarik tenaga manusia. Bedanya, becak dikayuh oleh pengendaranya di belakang, sedangkan penumpang duduk di depan.

Becak sempat jadi andalan warga bermobilitas ke pelosok kota yang tak terjangkau oleh angkutan umum bermotor. Sayangnya, keberadaan becak tak dikehendaki oleh Gubernur Ali Sadikin pada 1970-an. Becak dilarang beroperasi di jalanan protokol.

Baca juga:

Komunitas Otomotif Siap Hadirkan Angkutan Umum di Tempat Wisata

Helicak

helicak
Helicak kali pertama diluncurkan pada 24 Maret 1974. (Foto: pinterest.com.au)

Helicak kali pertama diluncurkan pada 24 Maret 1974. Saat itu Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mencetuskan kendaraan ini sebagai pengganti becak karena dianggap tidak manusiawi.

Helicak mirip becak. Pengendaranya duduk di belakang penumpang. Bedanya, angkutan umum ini punya mesin. Ada penutup yang terbuat dari kerangka besi dan serat kaca untuk melindungi penumpang dari panas dan hujan.

Sayangnya, umur angkutan umum ini tak panjang. Pada 1980-an awal, angkutan umum ini dihapus. (kna)

Baca juga:

Naik Angkutan Umum, Bumil Punya Gaya

#Angkutan Umum
Bagikan
Bagikan