HARI Orangutan Sedunia diperingati tiap 19 Agustus. Peringatan ini kali pertama dicetuskan oleh beberapa kelompok pecinta satwa pada 2013. Bermula dari keprihatinan para pecinta satwa terhadap nasib primata asli Indonesia, kelompok itu ingin mendorong keterlibatan publik agar peduli dengan nasib orangutan.
Kelompok tersebut antara lain International Animal Rescue (IAR), Borneo Orangutan Survival, Sumatran Orangutan Conservation Programme, Orangutan Information Centre, dan Centre for Orangutan Protection.
“Kelompok-kelompok itu telah menyelamatkan ribuan primata asli Indonesia dari ancaman kematian, perdagangan hewan, pemeliharaan liar, dan desakan perkebunan sawit seperti video penyelamatan paling dramatis yang pernah ditampilkan oleh IAR pada 2013,” catat Robert Hill dalam World Orangutan Day: A Celebration of Conservation, seperti dikutip huffpost.com 5 September 2013.
Peringatan pertama ini ditandai oleh undangan menjadi relawan bagi orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap nasib orangutan. Kelompok pecinta orangutan menyebar formulir perekrutan melalui internet ke khalayak di Eropa, Amerika, dan Australia.
Formulir itu beroleh tanggapan beragam. Banyak orang menyatakan minat bergabung dalam usaha penyelamatan orangutan. Tapi beberapa lainnya mempertanyakan mengapa orangutan perlu diselamatkan jika jumlahnya masih sekian ribu banyaknya.
Kelompok pencetus Hari Orangutan Sedunia membenarkan bahwa jumlah Orangutan masih lebih banyak daripada panda, badak sumatera, atau harimau. Di Kalimantan, misalnya, masih ada sekira 45 ribu orangutan, sedangkan di Sumatera ada sekira 7 ribu orangutan.
Tapi kelompok pencetus hari Orangutan Sedunia mewanti-wanti, jumlah tersebut kemungkinan bakal menyusut. “Masa depan mereka masih sangat tak pasti,” lanjut Robert Hill.
Baca juga:

Orangutan menghadapi berbagai ancaman nyata tiap tahun. Habitat mereka terdesak oleh aktivitas manusia sehingga populasi mereka terus berkurang drastis di Indonesia dan Malaysia.
Ancaman terhadap orangutan meliputi pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan, perluasan industri sawit, dan pembukaan pertambangan. Sebagian ancaman ini telah dimulai sejak lebih dari tiga abad lampau ketika dokter Jacobus Bontius, orang Belanda, mengabarkan penemuan primata ini ke khalayak ramai pada 1630.
"Dia menulis catatan pertama dari orang Eropa tentang orangutan pada 1600-an," terang Juno Salazar Parrenas dalam Decolonizing Extinction : The Work of Care in Orangutan Rehabilitations.
Mitos tentang orangutan menyebar pesat ke khalayak. Misalnya, orangutan sesungguhnya dapat berbicara tapi enggan melakukannya karena khawatir diberikan pekerjaan. Mitos seputar orangutan membuat mereka jadi hewan buruan.
Kapten Daniel Beeckman, pemimpin ekspedisi kapal East India Company, bahkan sampai membeli orangutan lantaran penasaran. "Orang-Ootan ini hidup bersama saya selama tujuh bulan sebelum akhirnya meninggal karena sakit," tulis Daniel dalam catatannya pada 1714, seperti termuat di Kalimantan Tempo Doeloe.
Selama ratusan tahun setelahnya, nasib orangutan ternyata semakin memburuk. Karena itulah hari orangutan sedunia dianggap penting untuk menjadi momentum melindungi kelestarian orangutan.
"Kami membutuhkan orang-orang berjiwa welas asih dan perusahaan-perusahaan untuk berpartisipasi dalam peringatan ini," tutup Robert Hill. (dru)
Baca juga: