PERINGATAN Hari Kanker Sedunia tiap 4 Februari menjadi momentum menggalang kerja sama seluruh masyarakat dunia untuk bersama-sama melawan kanker. Dengan upaya ini, jutaan jiwa dapat diselamatkan dari penyakit mematikan ini.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, DR. dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.,MARS menjelaskan bahwa Kemenkes RI mempromosikan kesadaran tentang kanker sebagai masalah kesehatan masyarakat, memperkuat tindakan menuju peningkatan akses ke perawatan berkualitas, skrining, deteksi dini, pengobatan, dan perawatan paliatif.
Untuk menggalakkan skrining dini guna mencegah kanker, Kemenkes RI telah menggratiskan biaya deteksi dini di fasilitas umum pada tingkat posyandu dan puskesmas.
"Semoga sesuai target 70% pencapaian dalam skrining dini," terang Maxi.
Baca juga:

Selain itu, Kemenkes RI bekerja sama dengan komunitas-komunitas Kanker guna menjadi langkah promotif dan preventif untuk menekan angka kematian karena kanker.
Tahun 2023, peringatan Hari Kanker Sedunia mengambil tema "Tutup Kesenjangan Perawatan” atau "Close The Care Gap".
Tema "Close the Care Gap" berupaya menekan angka kesenjangan perawatan. Tujuannya agar semua orang yang menderita kanker bisa mendapatkan perawatan sama, sehingga memperbesar kesempatan untuk sembuh dan menekan korban jiwa yang mungkin terjadi.
Intinya, memahami ketidaksetaraan dalam perawatan kanker dan mengambil tindakan untuk membuat kemajuan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Diagnosis penyakit kanker perlu dilakukan secepatnya agar penanganan bisa dilakukan. Dengan begitu, peluang sembuh pengidap lebih tinggi, terutama pada stadium awal. Selain itu, terdapat satu atau lebih pendekatan yang bisa digunakan dokter dalam diagnosis penyakit ini.
Diagnosis yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan fisik, tes darah (laboratorium), tes MRI, USG, rontgen, dan CT Scan (sebagai tes pencitraan) dan juga biopsi.
Baca juga:

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan tertinggi di dunia maupun di Indonesia. Sekira 10 juta orang meninggal akibat kanker tiap tahun. Bahkan 70 persen angka kematian setelah terkena kanker terjadi pada negara berkembang atau low middle income countries (LMICs), salah satunya Indonesia.
Berdasarkan perhitungan International Agency for Research on Cancer (IARC), pada 2040, diperkirakan akan ada sekira 29,5 juta kasus baru dan 16,3 juta kematian akibat penyakit kanker di dunia. Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23.
Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru, yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Lalu diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan, yang tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Lalu diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. (dgs)
Baca juga: