Harga Bahan Pokok Melonjak, Haruskah Makanan Dijual Lebih Mahal atau Porsi Dikurangi?
PEREKONOMIAN Indonesia fluktuatif. Ada masa saat berbagai macam kebutuhan keluarga melonjak. Harga bumbu dapur, hingga daging bisa saja naik. Kenaikan harga bahan pokok tak hanya membuat ibu rumah tangga pusing, tetapi juga para pengusaha gastronomi. Mereka harus menyiasati belanja bahan-bahan produksi supaya tidak mengalami kerugian.
Ada pedagang yang memilih menaikkan harga makanan, tapi ada pula yang mengurangi porsi makanan. Beda pedagang kecil, beda pula seorang chef. Mereka memiliki cara pandang berbeda dalam menghadapi kenaikan harga bahan pokok. “Konsistensi rasa itu merupakan hal yang penting,” ujar chef Budi Lee saat ditemui di acara SIAL Interfood 2018, Kamis (22/11). Sebagai seorang pemilik restoran, Budi beranggapan bahwa konsistensi rasa tersebut membuat pengunjung akan terus kembali ke tempat makan.
Misalnya, kita mencicipi warung mi ayam. Di hari pertama kita memakannya, daging ayam yang disajikan di mangkuk setengah mangkuk. Kita tentu suka dan akan kembali keesokan harinya. Namun, saat kita kembali, daging yang disajikan tinggal seperempat. Perubahan porsi tentu membuat pengunjung kecewa. Akibatnya, pengunjung enggan kembali.
Dikenal sebagai chef dan pemilik Restoran Munchies, Budi tak segan untuk menjelajahi beragam kuliner kaki lima di pelosok Nusantara. Sebagai konsumen, ia tak masalah jika harus membayar penaikan harga makanan Rp 1.000 atau Rp 2.000. “Dalam menikmati makanan, rasa dan pengalaman merupakan dua hal yang akan selalu membekas di benak pelanggan,” tukasnya.(avia)