MOMEN Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) nampaknya selalu ditunggu-tunggu karena menghadirkan banyak potongan harga dan promo menarik lainnya. Apalagi Harbolnas di tanggal kembar yang jatuh pada hari ini, Kamis (7/7), beberapa dari kamu pasti sudah siap checkout.
Selain di e-commerce, kamu juga bisa belanja barang kesukaan di platform video pendek seperti TikTok. TikTok Indonesia dalam surveinya kepada para pengguna TikTok Shop menemukan fakta menarik bagi para pelaku bisnis atau brands untuk memanfaatkan momen Harbolnas.
Tidak hanya Harbolnas, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, momen penjualan di tanggal kembar seperti 7.7, 8.8, 9.9, atau 10.10 yang disebut TikTok sebagai Mega Sales, juga termasuk sebagai salah satu momen yang ditunggu para konsumen di Indonesia.
"Menurut studi yang kami lakukan memang pengguna TikTok di Asia Tenggara cenderung berbelanja lebih banyak di musim Mega Sales. Kalau bicara di Indonesia, 75 persen pengguna memang berniat untuk berbelanja lebih banyak di musim Mega Sales ini," kata Head of Business Marketing TikTok Indonesia Sitaresti Astarini dalam konferensi pers virtualnya, dilansir ANTARA, Selasa (5/7).
Survei yang dilakukan di kuartal keempat 2021 itu menguak beberapa fakta menarik terkait pola belanja lewat layanan daring, khususnya TikTok Shop di Indonesia. Mulai dari pola marketing yang berubah hingga efek jangka panjang dari hadirnya konten-konten mengenai momen Mega Sales.
Baca juga:
Risiko yang Mengintai Pengusaha saat Harbolnas dan Cara Mensiasatinya

Sebelum masifnya adaptasi penggunaan e-commerce, pelaku usaha atau jenama memang mengadopsi pola marketing linear yang dimulai dari pengenalan produk, hingga berakhir pada pembelian. Namun di era adaptasi e-commerce dan konten kreator, pola marketing berubah menjadi pola infinity loop.
"Dulu setelah pembeli melakukan pencarian dan pembelian marketingnya selesai di situ. Tapi kalau sekarang tidak berhenti karena adanya interaksi di dalam komunitas, ada ulasan produk, dan itu membantu pelaku usaha dan brand untuk mengenalkan produk mereka dan terjadi penjualan baru. Itu yang membuat transaksinya tidak lagi linear dan berakhir menjadi infinity loop," kata Sita.
Dampak pola marketing baru itu pun terlihat dari survei TikTok yang menunjukkan 71 persen pengguna menemukan produk-produk baru selama masa Mega Sales. Satu dari dua pengguna mencari tahu lebih jauh produk yang ditemukannya dan tak sedikit yang melakukan pembelian di musim belanja bulan berikutnya.
Baca juga:

Kondisi infinity loop tercipta karena ulasan berbentuk video yang memperlihatkan bentuk produk hingga pengalaman langsung dari para konten kreator memberi kesan hiburan yang interaktif.
"Ketika kita melihat konten yang menghibur, akan tercipta pemikiran yang positif. Jadi ketika pengguna melihat ulasan atau konten produk itu lebih mudah menerima pesannya, tidak hanya itu kemungkinan untuk melakukan pembelian pun menjadi lebih mudah," katanya.
Hal itu terlihat pada temuan delapan dari 10 orang pengguna TikTok melakukan pembelian setelah melihat ulasan sebuah produk dari kreator ataupun jenama yang terlihat menyenangkan.
TikTok melihlat hal itu berkat adanya tagar-tagar terkait yang tidak berpengaruh meski musim berbelanja sudah berakhir, seperti #unboxing, #haul, atau #RacuninTikTok.
"Jadi pelaku usaha ataupun brand itu penting untuk terhubung dengan komunitas mengingat pengguna TikTok merupakan para pembeli yang enganged dan tertarik dengan konten-konten bermuatan hiburan, sehingga pesan yang disampaikan bisa optimal melalui TikTok," tutupnya. (and)
Baca juga: