DI dunia ini, ada banyak hal yang bisa membuat kita gembira. Mungkin saat menemukan hobi baru, bertemu orang baru, membeli rumah, atau diterima kerja di suatu perusahaan. Setiap manusia punya momen bahagianya masing-masing dan patut disyukuri.
Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa tahun-tahun sebelumnya sulit merasa bahagia karena pandemi COVID-19. Semua rencana batal, sulit bertemu orang lain, hanya beraktivitas di rumah saja. Dilansir Human Resource Director, ternyata momen besar dalam hidup kita belum tentu membuat benar-benar bahagia. Hal-hal kecil lah yang ternyata membuat semuanya jadi berbeda.
Baca Juga:

"Satu definisi yang biasa dikutip dan yang saya gunakan dalam penelitian saya berasal dari Dr. Sonja Lyubomirsky. Kebahagiaan adalah pengalaman kegembiraan, kepuasan, atau kesejahteraan positif, dikombinasikan dengan perasaan bahwa hidup seseorang itu baik, bermakna, dan bermanfaat," kata Dr. Gilian Mandich, peneliti dari Kanada dan pakar kebahagiaan.
Apa yang mendorong kita untuk bahagia? Langkah pertama dalam mencari tahu bagaimana menjalani kehidupan yang bahagia adalah mempelajari apa itu kebahagiaan. Bagian dari tantangan menemukan kebahagiaan, lanjut Mandich, adalah bahwa kita tidak diajarkan bagiamana menjadi bahagia.
"Kami tumbuh belajar matematika, sains, bahasa di sekolah, tetapi tidak ada yang mengajari bagaimana menjadi bahagia. Belum lagi peran media, TV, film, dan media sosial dalam menciptakan tentang apa itu kebahagiaan," tuturnya.
Mandich mengatakan, hal-hal tersebut mengajarkan kita bahwa bahagia ketika memiliki sejumlah uang atau menunggu Pangeran Tampan datang menunggang kuda.
"Kami tahu dari penelitian bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan, itu adalah praktik. Mirip dengan bagaimana kita mempraktikkan makan sehat atau kesehatan mental. Itu adalah proses berkelanjutan yang harus dilakukan setiap hari," kata Mandich.
Baca juga:

Mencari makna kebahagiaan telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Sayangnya, digitalisasi dan munculnya media sosial hanya menciptakan 'kehidupan online'. Yakni kehidupan yang menampilkan potret kesempurnaan tanpa realitas. Gambaran yang tidak lengkap ini membuat orang mencari versi kebahagiaan yang tidak realistis.
"Orang sering berpikir bahwa momen-momen besar dalam hidup membawa kebahagiaan paling besar dalam hidup, seperti wisuda, liburan, atau ulang tahun. Tetapi penelitian yang sama menemukan bahwa kehidupan yang bahagia adalah jumlah dari kegembiraan kecil sepanjang hari," tuturnya.
Jadi, menurut Mandich, alih-alih berfokus pada momen besar yang tidak terlalu sering terjadi, lebih baik fokus pada kegembiraan kecil agar menambah kebahagiaan.
"Ketika kita menempatkan diri dalam kerangka berpikir yang lebih baik, kita lebih siap untuk orang lain. Kita tidak bisa memberikan apa yang tidak kita miliki," tutupnya. (and)
Baca Juga: