Hadiri Mubeng Beteng, Ini Harapan Agus Si Penjual Sayur

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Jumat, 22 September 2017
Hadiri Mubeng Beteng, Ini Harapan Agus Si Penjual Sayur
GKR Mangkubumi (kebaya hijau) membuka ritual Mubeng Beteng. (MP/Teresa Ika)

MerahPutih.com - Waktu menunjukkan pukul 23.00 wib. Agus Handoyo (54), salah seorang warga Immogiri, Bantul DIY nampak bersiap diri mengikuti ritual Mubeng Beteng. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual sayur di Pasar Gunung Immogiri ini datang jauh-jauh dari rumahnya bersama istri dan tetangganya. Ia tiba ditempat awal ritual Mubeng Beteng yakni Bangsal Ponconiti sekitar pukul 21.00 wib.

Tahun ini adalah kali ketiga ia mengikuti prosesi memutari reruntuhan benteng Keraton ini. Tak pernah bosan rasanya ia mengikuti tradisi yang sudah dilakukan oleh warga Yogyakarta sejak dulu.

"Hati saya tentrem dan damai rasanya habis ikut mubeng beteng," kata pria tiga anak ini pada Merahputih.com membeberkan alasan dirinya berpartisipasi di acara ini, Kamis (21/9) kemarin.

Agua adalah salah satu dari ribuan warga dan wisatawan Yogyakarta yang mengikuti ritual yang rutin digelar tiap tahun ini. Prosesi mubeng beteng (mengitari reruntuhan benteng Keraton Yogyakarta) ini diadakan dalam rangka merayakan malam tahun baru Jawa Satu Suro 1941 Dal.

Prosesi dimulai dengan pembacaan tembang Jawa (Macapat) sekitar pukul 20.00 wib. Macapat ini berisi doa-doa serta harapan untuk negara Indonesia dan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat. Adapula pembagian nasi bungkus dan teh gratis pada warga.

Sekitar pukul 23.00 wib, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, putri sulung Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X memulai proses pembukaan ritual Mubeng Beteng. Lantunan doa dilafalkan oleh para Abdi dalem yang sedari tadi sudah berkumpul di Bangsal Ponconiti. Kemudian GKR Mangkubumi menyerahkan kantil melati kepada abdi dalem pemimpin acara.

Lonceng keraton berbunyi 12 x sebagai pertanda dimulainya prosesi Lampah Budaya Mubeng Beteng. Abdi dalem pemimpin acara segera beranjak keluar keraton Yogyakarta sambil membawa bendera. Warga dan wisatawan mengikutinya dengan tertib sambil melakukan tapa bisu (membisu tanpa suara).

Rute Mubeng Beteng malam ini melintasi sejauh 3 km selama 1,5 jam. Rute Dimulai dari bangsal Ponconiti ke Alun-alun utara Keraton terus ke pojok benteng Ngabean, Pojok benteng Selatan dekat Gereja Pugeran, Plengkung Gading, Pojok benteng timur di persimpangan Jalan Paris, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, Alun-alun Utara, Bangsal Ponconiti.

Agus mengatakan topo bisu dilakukan agar manusia bisa berdoa dan berbicara pada Tuhan. Ia pun mendaraskan sejumlah doa dan harapan saat mengitari beteng. "Saya berdoa untuk anak-anak saya dan keluarganya supaya mereka bisa hidup sukses, harmonis, sejahtera dan saling menyayangi satu sama lain," tutur pria tiga anak ini.

Sementara Ngatinem(60), warga lainnya berharap rezekinya bisa tambah mengalir usai mengikuti ritual ini. "Rasanya cape. Tapi saya senang bisa ikut ini. Hati terasa damai dan plong," kata ibu rumah tangga dua anak ini.

Prosesi mubeng beteng tahun ini diikuti sekitar empat ribu orang. (*)

Berita ini merupakan laporan dari Teresa Ika, kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Baca juga berita lainnya pada artikel: Kisah Bule Amerika Yang Nyicipin Jadi Abdi Dalem Keraton Yogakarta

#Yogyakarta #Gelar Adat
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile
Bagikan