Hadiah Rancage untuk Sastrawan Daerah

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 27 September 2018
Hadiah Rancage untuk Sastrawan Daerah
Para penerima Anugerah Sastra Rencage. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

SETELAH sekian lama tersisihkan, bahasa daerah kembali mendapatkan panggungnya di Indonesia. Yayasan Rancage membuat para sastrawan berbahasa ibu mendapatkan apresiasi dan tempat di hati para penikmat kesusasteraan Indonesia. Rancage adalah suatu yayasan yang diprakarsai sastrawan penutur Sunda, Ajip Rosidi, dan fokus pada perkembangan sastra daerah. Pada 1989, dengan menggunakan dana sendiri, Ajip memberi hadiah bagi sastrawan Indonesia yang telah berjasa melestarikan bahasa ibu.

“Pemberian Hadiah Sastra Rancage yang kami lakukan sejak 1989 hingga saat ini secara berturut-turut merupakan wujud kecintaan kami untuk merawat jati diri bangsa, yakni bahasa, agar terus hidup hingga ujung usia bumi,” tutur Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Erry Ryana Hardjapamekas. Hadiah Sastra Rancage yang semula hanya diperuntukkan sastra Sunda mulai berkembang. Kini, Hadiah Sastra Rancage juga diberikan untuk sastrawan dari wilayah lain.

Sejak ajang ini digelar pada 1989 hingga 2018, lebih dari 100 sastrawan telah meraih penghargaan Rancage. Para sastrawan tersebut tersebar dari berbagai suku di Indonesia, seperti Batak, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, dan Banjar. Di tahun ini, Madura telah mengajukan kesusasteraan mereka untuk diikutsertakan dalam Rancage. Sayangnya, wilayah tersebut belum bisa mengajukan karena tak sesuai kriteria dari pihak penyelenggara.

“Setiap wilayah bebas mengajukan sastra daerahnya dengan syarat setiap daerah mengajukan minimal tiga nama,” ucap Wakil Sekretaris Rancage Dadan Sutisna. Juri yang dilibatkan dalam penganugerahan Sastra Rancage pun merupakan sastrawan penutur asli. Dadan menjelaskan idealnya setiap wilayah dinilai tiga juri penutur asli. Adanya keterbatasan membuat pihak penyelenggara tidak bisa memenuhi hal tersebut. Kendati demikian, mereka mencoba memaksimalkan proses penilaian.

Pertunjukan dalam berbagai bahasa daerah saat penyerahan Anugerah Sastra Rencage. (foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Syarat lain yang wajib diperhatikan oleh peserta ialah karya mereka harus terdaftar secara resmi. “Semua buku yang dipilih Rancage merupakan buku yang telah memiliki kode ISBN. Seringkali kami mendapatkan buku indie yang hanya dicetak sebanyak 20 hingga 30 eksemplar. Kami tidak anti dengan buku indie, tetapi setidaknya tidak terdaftar secara resmi di Perpustakaan Nasional,” jelas Dadan.

Dalam pelaksanaannya, Rancage banyak mendapat kendala, seperti kurangnya dukungan dari berbagai pihak salah satunya dari pemerintah. “Kami harap pemerintah bisa memberi perhatian khusus pada perkembangan bahasa ibu. Bagaimanapun pemerintah memiliki kewajiban untuk memelihara bahasa dan kebudayaan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 UUD 1945,” ujar Ajip selaku pemrakarsa Rancage.

Kurangnya dukungan rupanya memengaruhi perkembangan penghargaan khusus sastrawan daerah. Rancage tidak tersosialisasi dengan baik di daerah-daerah di Indonesia sehingga tidak mencakup seluruh sastrawan di Indonesia. “Mungkin jumlah sastrawan di Indonesia banyak, tetapi mereka tidak mengetahui penyelenggaraan Rancage karena tidak terpublikasi dengan baik di daerah-daerah,” jelas Ketua Komite Dewan Kesenian Jakarta Adinda Luthvianti.

Berikut daftar lengkap peraih Rancage di berbagai kategori sastra pada Anugerah Sastra Rancage 2018, Rabu (26/9):

1. Kategori Sastra Sunda dianugerahkan kepada Nazarudin Azhar dengan karyanya yang berjudul Miang.

2. Kategori Sastra Jawa dianugerahkan kepada Suharmono dengan karya Kakang Kawah Adi Ari-Ari.

3. Kategori Sastra Bali dianugerahkan kepada I Gde A Darma Putra atau dengan nama pena Nirguna dengan karyanya, Bulan Sisi Kauh.

4. Kategori Sastra Lampung dianugerahkan kepada M Harya Ramdhoni dengan karya Semilau, Sang Rumpun Sajak.

5. Kategori Sastra Banjar dianugerahkan kepada Hatmiati Masy’ud dengan karyanya Pilanggur.

6. Kategori Sastra Batak dianugerahkan kepada Panusunan Simandjuntak dengan karyanya yang berjudul Bangso na Jugul Do Hami (Kami adalah Bangsa Yang Gigih).

Setiap pemenang mendapatkan uang tunai Rp 5 juta.(Avia)

Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan