Hari Guru Nasional
Guru 'Dipaksa' Tidak Fokus pada Tugasnya
GURU adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka selalu datang dengan cita-cita mulia, mencerdaskan anak bangsa. Sayangnya idealisme mereka perlahan-lahan memudar hingga akhirnya mati karena kebijakan yang dibebankan pada mereka. Birokrasi yang berbelit-belit membuat guru tak fokus pada tugas utama mereka. Tak hanya kualitas mereka menurun, mereka juga tak fokus dalam membentuk karakter siswa. Padahal, pembentukan karakter adalah fungsi utama dari sekolah.
Menurut Praktisi Pendidikan, Itje Chodijah. ali-alih fokus pada kegiatan belajar manajer, para guru justru disibukkan dengan kegiatan yang tak ada kaitannya dengan pendidikan. "Mereka harus mengurusi dokumen-dokumen pelengkap sebagai guru dan mengerjakan daftar absensi. Kegiatan itu sama sekali tidak berfaedah," tuturnya. Dirinya menilai, kegiatan semacam itu tak seharusnya dibebankan ke guru.
Baca Juga:
Hal senada juga diucapkan oleh Pendiri Kampus Guru Cikal, Najelaa Shihab. Menurutnya, guru hanya korban dari sistem dan kebijakan pendidikan. "Adanya berbagai kebijakan yang tak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar membuat guru tak bisa mengoptimalkan kinerjanya sebagai tenaga pendidik," urainya.
Seolah mendengar jeritan para pendidik di lapangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim melakukan terobosan baru. Meskipun bukan seorang guru, gagasan yang dmilikinya begitu berpihak pada kesejahteraan guru. Baginya, memberi pertolongan pada para tenaga pendidik artinya memberi janji bagi kemajuan kualitas penerus bangsa.
Di Hari Guru yang jatuh pada Senin (25/11), Nadiem membuat sebuah tulisan yang menyentuh. "Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit. Anda ditugasi membentuk masa depan bangsa tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas tetapi waktu Anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," demikian tulisnya.
Baca Juga:
Ketika Cara Mengajar Guru Tergantikan oleh Aplikasi Mengajar
Dalam tulisan tersebut, Nadiem juga mengangkat isu yang selama ini dialami para guru, didesak oleh para birokrat. "Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu Anda habis untukmengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas," lanjutnya.
Ia juga membahas bagaimana kreativitas dan bakat anak kerap kali dipenjara oleh sebuah istilah bernama kurikulum. "Anda ragu bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbgai pemangku kepentingan. Anda ingin mrngajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan,".
tegasnya.
Di dalam tulisan yang beredar tersebut, Nadiem juga membahas tentang keberagaman, Keberagaman yang ada di masyarakat juga ditemukan di sekolah. Beragamnya karakter siswa membuat mereka memiliki kebutuhan berbeda. Sayangnya para guru tak bisa mengakomodir perbedaan itu karena lagi-lagi kepentingan birokrasi.
Di akhir tulisannya, Nadiem mengajak para guru untuk bersama-sama memajukan pendidikan Indonesia dengan cara yang menyenangkan. "Ajaklah kelas berdiskusi bukan hanya mendengar. Temukan bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri," tutupnya. (avia)
Baca Juga: