MerahPutih.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga), Kamis (5/11).
Peningkatan status itu berdasarkan evaluasi data pemantauan aktivitas vulkanik dapat berlanjut ke erupsi.
Melihat status Gunung Merapi ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang wilayahnya dekat Gunung Merapi untuk bergegas mempersiapkan diri.
Baca Juga:
Level Gunung Merapi Naik Jadi Siaga, Ini Daerah yang Masuk Zona Bahaya
"Mereka (BPBD) sudah bergerak hari ini (Kamis) sudah ada di lokasi. Saya berikan perhatian khusus bagi Kabupaten Klaten karena berpotensi paling terdampak jika Gunung Merapi terjadi erupsi," ujar Ganjar, Kamis (5/11).
Ganjar mengatakan, berdasarkan data BPPTKG dari tiga kabupaten di Jawa Tengah yang dilintasi Gunung Merapi, yakni Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, yang paling terdampak adalah Klaten. Ia pun tetap meminta daerah lain disekitar tiga kabupaten ini juga waspada dampak abu vulkanik.
"Kami minta Pemkab Klaten, Magelang, dan Boyolali tetap siaga mulai sekarang. Pantau terius update Gunung Merapi dari BPPTKG," kata dia.

BPBD dan Pemkab, kata Ganjar, harus mulai mempersiapkan diri tempat-tempat pengungsian sangat diperlukan terlebih pada pandemi COVID-19. Para pengungsi harus diatur jaraknya agar lokasi pengungsian tidak menjadi klaster penyebaran virus corona.
"Situasi masih pandemi. Lokasi pengungsian harus tetap mengedepankan protokol kesehatan. Jangan lupa jalur evakuasi diperbaiki dan armada juga," tutup dia.
Baca Juga:
Status Merapi Naik, Sri Sultan Instruksikan Pemkab Sleman Siapkan Jalur Evakuasi
Fenomena Alam Berbentuk Awan Piring
Sementara itu, fenomena alam berbentuk piringan awan menutupi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu muncul sebelum status Gunung Merapi naik menjadi siaga. Penampakan tersebut membut heboh warga Kabupaten Boyolali hingga viral di medsos. Fonomena alam awan bertopi juga terjadi di Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Kamis pagi dan viral di medasos.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang Iis W Harmoko membenarkan adanya fenomena alam tersebut. Ia memastikan tidak ada pengaruh apa pun dengan munculnya awan bertopi itu.
"Kami tegaskan munculnya awan ini tidak ada kaitannya dengan kejadian bencana alam. Awan ini ada karena terperangkap dalam atmosfer bawah," kata Lis.
Ia menjelaskan, awan itu terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar seperti pegunungan atau gunung. Akhirnya membentuk mengikuti kontur puncak gunung atau seperti sebuah pusaran.
"Kelembaban udara yang basah di gunung juga mempengaruhi terbentuknya awan tersebut. Gerakan lainnya, uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung," tutup dia. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga: