Guilt Trip Berisiko Menghalangi Kebahagiaan Hidup
Pelaku guilt trip biasanya adalah mereka yang tak suka ada orang lain lebih sukses dari dirinya. (Cover_Pixabay_R-region)
PERNAH merasa bersalah atas pencapaianmu karena adanya komentar negatif dari orang lain? Para manipulator ini tidak senang ketika ada orang di sekitarnya yang merasa bahagia atas pencapaian dalam hidupnya atau sekadar bersyukur diberikan hidup sederhana dan tenang. Apabila pernah berada dalam situasi ini, tandanya kamu merasakan guilt trip.
Menurut Choosingtherapy, kamu tidak akan merasa bersalah atas kebahagiaanmu sendiri tanpa campur tangan orang lain. Guilt trip merupakan masalah serius yang dapat membuat siapa saja yang mengalaminya merasa harus “masuk kotak” agar tidak menonjol seperti yang lainnya. Padahal sah-sah saja jika kamu lebih maju dibandingkan yang lain. Bahkan tidak ada salahnya apabila kamu merasa kehidupanmu yang sederhana sudah membahagiakan dan membuatmu merasa cukup.
Baca Juga:
Perasaan bersalah ketika kamu merasa bahagia akan sesuatu tak mungkin redup dan berganti menjadi perasaan bersalah tanpa ada yang membuatnya demikian. Guilt trip biasanya dilakukan oleh seseorang yang memang tidak suka melihat dirimu bahagia. Bisa jadi alasannya karena posisinya sedang berada di bawahmu, sehingga ia tidak suka melihatmu berhasil sukses mendahului dirinya.
Pelaku guilt trip juga ada yang berasal dari kalangan yang hidupnya sudah berkecukupan, memiliki pekerjaan mapan, dan memiliki keluarga harmonis. Dia melakukan guilt trip terhadap dirimu bukan karena dia berada di bawahmu, bukan juga karena dia sama-sama bersaing meraih hal yang sama seperti dirimu. Ia hanya tak ingin ada yang menyaingi miliknya saat ini.
Meskipun seringkali menimbulkan dampak negatif seperti kehilangan rasa percaya diri, tak punya ambisi dalam hidup, tak berani ambil risiko dari peluang yang menguntungkan, dan terakhir menyebabkan korban mengalami depresi, tapi ada satu sisi positif dari guilt trip, yaitu sebagai batasan diri.
Baca Juga:
Tidak semua yang menegurmu atau mengeluarkan pendapatnya terhadap dirimu sifatnya tendensius kok. Ada juga yang menegur karena memang kamu melakukan kesalahan atau sudah termasuk kategori kriminal seperti misalnya coba-coba narkoba. Hidup dengan perasaan bersalah adalah kehidupan yang paling dihindari oleh manusia. Maka, rasa menyesal yang kian memuncak karena telah berbuat kesalahan seringkali menjadi batasan moral bagi seseorang. (mar)
Baca Juga:
Hari Kesehatan Mental Dunia 2023, Kesehatan Mental Adalah Hak Asasi
Bagikan
Berita Terkait
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas