SETIAP orang pasti pernah merasa bersalah. Namun beda cerita dengan orang yang memiliki guilt complex. Kondisi ini membuat seseorang terus menerus merasa bersalah atau bahkan bisa sampai mengganggu konsentrasi dan aktivitasnya.
Rasa bersalah terus-menerus sering membuat orang dengan guilt complex merasa malu dan ragu pada dirinya sendiri. Ia juga kerap minta maaf berulang kali karena menganggap bahwa tindakannya selalu salah.
Dilansir Alodokter, ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mengalami guilt complex, seperti merasa selalu ingin memperbaiki situasi, rendah diri dan malu, menangisi kesalahan yang belum tentu diakibatkan olehnya, dan mengalami susah tidur.
Tanpa sadar, guilt complex juga bisa menimbulkan gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual. Jadi, bila kamu mengalami salah satu dari gejala fisik tersebut dan di saat bersamaan dihadapkan dengan rasa bersalah yang tiada usai, mungkin saja sakit fisik tersebut disebabkan oleh guilt complex.
Orang dengan gangguan kecemasan cenderung berpikiran negatif terhadap semua tindakan yang telah atau akan ia lakukan. Inilah yang kemudian memunculkan perasaan bersalah terus menerus. Pengalaman masa kecil juga bisa menjadi penyebab guilt complex. Sering menuduh atau menyalahkan anak bisa berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang.
Baca juga:

Rasa bersalah sebenarnya menujukkan bahwa kamu peduli dan mau bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan. Namun, perasaan ini seharusnya tidak berlarut-larut sampai membuatmu merasa rendah diri, bahkan mengganggu aktivitasmu sehari-hari.
Ada beberapa cara mengatasi guilt complex, pertama buang pikiran negatif dan tanamkan kalimat positif dalam diri, misalnya dengan bermeditasi atau self talk. Fokuslah mencari penyelesaian atas kesalahan yang telah kamu lakukan. Bicaralah dengan orang terdekat yang tepat untuk menenangkan diri dan mendapat persepsi diri atas masalahmu.
Baca juga:

Coba juga lihat sisi positif yang hadir saat kamu melakukan kesalahan. Hal ini akan membuatmu dipenuhi rasa syukur dan sadar bahwa kesalahan tidak selalu berisi hal-hal buruk.
Ganti kebiasaan mengucapkan maaf dengan “terima kasih”. Sebagai contoh, “Terima kasih ya, kamu sudah sabar menunggu lama untuk aku menyelesaikan tugas”. Tidak hanya merasa dihargai, orang yang mendengarnya pun akan menganggap kesalahan yang ada tidak sepenuhnya karena kamu.
Pahamilah bahwa tidak semua yang terjadi adalah kesalahanmu. Ada hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan dan bukan tanggung jawabmu pula untuk mengendalikannya. (and)
Baca juga: