Tanpa Senjata, Grafologi Bisa Cegah Terorisme

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 20 Desember 2017
Tanpa Senjata, Grafologi Bisa Cegah Terorisme
Ilustrasi tulisan tangan (Foto: pixabay)

GRAFOLOGI atau ilmu menganalisis bentuk tulisan bisa berperan dalam berbagai bidang kehidupan. Di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, grafologi dipakai dalam bidang SDM hingga kesehatan. Grafologi juga bisa dimanfaatkan untuk memecahkan beberapa kasus kejahatan, bahkan terorisme.

Grafolog Indonesia yang berafiliasi dengan AHAF (American Handwriting Analysis Foundation) menyebut pertumbuhan teroris disbabkan adanya proses black recruitment. Istilah itu mengacu pada proses perekrutan orang untuk tujuan negatif.

Kebanyak orang mungkin berasumsi bahwa membasmi teroris haruslah lewat adu senjata. Namun, ilmu grafologi menawarkan cara mencegah kejahatan terorisme lewat pencegahan terjadinya black recruitment.

Lewat analasis tulisan tangan, potensi pertumbuhan teroris lewat black recruitment bisa dicegah sejak dini. Menurut Deborah, terorisme yang berakar dari tindakan radikalisme bisa dicegah melalui grafologi dengan menganalisis tulisan tangan seseorang.

Dengan melakukan analisis secara kolektif, potensi yang mengarah ke tindakan radikal dan berujung terorisme bisa terlihat. Tentunya hasil itu didapat dengan berbagai indikator secara menyeleruh.

Setiap individu punya gaya tulisan yang berbeda. Tulisan merupakan hasil perintah dari otak yang bekerja. Oleh karena itu, pikiran setiap orang dapat dibaca lewat tulisan tangan.

"Otak setiap manusia itu beda, itulah kenapa tulisan tangan yang dihasilkan berbeda-beda," Kata Deborah saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/12).

Analisis tulisan tangan menggunakan grafologi dilakukan dengan membuat tulisan dalam bentuk paragraf. Tema tulisan bisa apa saja. Bentuk dan ketebalan setiap huruf menjadi unsur penting pada goresan grafis pada tulisan tersebut.

Itulah sebabnya satu kalimat saja tidak cukup untuk melakukan analisis grafologi. Pola pengulangan tulisan juga menjadi salah satu indikator analasis.

"Pengulangan pola yang berupa indikator grafis yang disusun menjadi satu sehingga akhirnya keluar rumusannya," tambah Deborah.

Deborah Dewi (Foto: MP/Ikhsan Digdo)

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendapat sampel tulisan tangan yang layak dianalisis. Pertama, kandidat harus dalam kondisi sehat. Alas untuk menulis juga penting. Alas yang digunakan haruslah datar dan tidak kasar.

Alat menulis juga menjadi faktor penting pengambilan sample tulisan. Hasil tulisan tangan yang dibuat dengan spidol, gel pen, dan pensil tidak bisa digunakan untuk analisis. Hanya tulisan tangan dengan ballpoint yang bisa menunjukkan karakter seseorang melalui jejak tulisan yang disebut unconscious trade.

Selain itu, Deborah meminta waktu menulis juga dicantumkan. Dengan demikian, hasil tulisan akan spontan dan tidak mengarah ke arah manipulasi tulisan.

Meskipun bisa bermanfaat, grafologi juga memiliki kelemahan. Tulisan tangan seseoarang tidak bisa dikelompokkan dalam stereotipe. Misalnya jika seseorang menulis dengan gaya tulisan rapi ataupun berantakan, tidak bisa serta-merta disebut orang tersebut memiliki karakter tertentu.

Akan tetapi, menurut Deborah, di balik kelemahan tersebut, ada kelebihan dari ilmu grafologi. Pasalnya, hasil interpretasi akan menjadi lebih luas, tidak berbalik pada sebuah stereotipe. Yang pasti, hanya seorang grafolog yang bisa memahami hasil tulisan tersebut.

"Kelemahan ini justru menjadi kekuatan karena susah distereotipekan. Sehingga hasil intrepetasinya lebih kaya," tuturnya.

Lebih jauh, Deborah tidak ingin analisis grafologi disebut menjadi satu-satunya alat untuk mencegah terorisme. Ia menyebut hasil analisis bisa menjadi bukti-bukti tambahan yang mendukung.(ikh)



Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.
Bagikan