HARI ini, Sabtu (5/11), Google Doodle mengajak kita untuk mengenang kehidupan dari sosok Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad. Google Doodle menggambarkan wajah Raja Haji Ahmad dalam lembaran buku yang mengenakan peci dan kacamata bulat.
Raja Haji Ahmad adalah sejarawan, cendekiawan, dan penulis ternama yang memimpin kebangkitan sastra pada abad ke-19. Ia lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, pada sekitar tahun 1808. Ia adalah putra dari Raja Ahmad, yang bergelar Engku Haji Tua setelah melakukan ziarah ke Mekah.
Raji Ali Haji dibesarkan dan banyak menjalani masa hidupnya serta menerima pendidikan di Pulau Penyengat, Kesultanan Lingga, yang pada masa kini merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Baca juga:

Ia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa, buku yang kemudian menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Ia juga merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan merupakan bangsawan Bugis.
Mahakaryanya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Bahasa Melayu Riau-Lingga penggal yang pertama, merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara. Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk.
Baca juga:
Inilah Google Doodle dari Masing-masing Negara yang Ikut Piala Dunia

Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis (Bingkisan Berharga), walaupun dari segi penulisan sejarah banyak yang beranggapan sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dikatakan menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad, Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya.
Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 5 November 2004 atas kontribusi terhadap bahasa, sastra, budaya Melayu, dan sejarah Indonesia. Raja Haji Ahmad meninggal pada 1873 di Pulau Penyengat, Kesultanan Lingga (sekarang bagian dari Provinsi Kepulauan Riau). (and)
Baca juga: