BAGI masyarakat internasional, Godzilla, atau "Gojira" hanyalah karakter monster fiksi. Tak banyak yang tahu makhluk fiksi serupa dinosaurus raksasa tersebut merepresentasikan tragedi menyakitkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada 1945.
Digambarkan dahulu Godzilla hidup tenang di lautan namun tiba-tiba 'mengamuk' karena paparan bom hidrogen. Hal itu mirip kisah masyarakat Hiroshima dan Nagasaki yang mulanya hidup tenang tetapi berubah kacau balau karena bom.
Baca juga:
Kulit atau sisik Gozilla yang sangat berkerut menyerupai bekas luka keloid korban selamat dari dua bom atom yang dijatuhkan AS di Jepang sembilan tahun sebelum mengakhiri Perang Dunia II.
Mengutip NBC News, film-film Godzilla berfungsi sebagai pernyataan politik yang kuat, mewakili trauma dan kecemasan rakyat Jepang setelah perang berakhir.
Namun karena penyensoran film Jepang saat pendudukan Amerika begitu ketat, mereka melakukannya secara tersirat. "Film tersebut menggambarkan apa yang tidak bisa dikatakan secara eksplisit oleh banyak orang," ujar William Tsutsui, penulis Godzilla on My Mind.
Tsutsui menjelaskan seniman kreatif Jepang, pembuat film, novelis dan lain sebagainya benar-benar tidak bisa berbicara tentang bom atom. Ini adalah topik yang tidak bisa didiskusikan.
"Dan orang Jepang, juga, sangat enggan membahas tragedi ini, karena sangat mengerikan, dan karena mereka merasa bersalah dan malu tentang peristiwa itu," terang Tsutsui.
Meski begitu, menurut Tsutsui, setelah Jepang merdeka, banyak orang berpikir ada hubungan antara Godzilla dan kejadian bom atom Jepang di masa lalu.
Baca juga:
Dalam film Jepang asli, makhluk tersebut digambarkan sebagai dinosaurus yang masih hidup dari Periode Jurassic, berenang di sekitar Pasifik Selatan.
Tsutsui menggambarkan monster itu tidak bersalah layaknya anak-anak di taman bermain di Hiroshima yang menjadi korban. Setelah uji bom hidrogen Amerika di Pasifik Selatan, makhluk itu menjadi terluka dan marah.

"Kenyataannya adalah kemarahan semacam ini datang dari seseorang yang pada dasarnya tidak bersalah namun menjadi korban dan terluka oleh pengalaman ini," tutur Tsutsui.
Bagi banyak penonton Jepang, menyaksikan film Godzilla adalah pengalaman katarsis. Orang-orang dapat menyaksikan Tokyo dihancurkan sekali lagi sambil melihat radiasi yang diberikan dalam bentuk fisik monster. Akhirnya, meski pahit, ada satu harapan umat manusia menang atas kejahatan. (avia)
Baca juga:
Kucek Sejarah Sabun Colek Merek Pesawat Pengebom Hiroshima B29