“MULAI sekarang kamu jauhi anak saya! Kamu itu cuma anak tukang buku bekas. Mau jadi apa masa depan anak saya sama kamu?” tegas Ayah Ratna (Dwi Sasono) ke Galih (Yesaya Abraham) dalam film Gita Cinta dari SMA. Galih membisu dan kecewa, sampai-sampai ia menyalahkan almarhum sang ayah yang betah menjual buku dan album musik jadul. Semua itu tidak akan membuat dirinya kaya raya, tidak seperti Ratna (Prilly Latuconsina) yang berkecukupan.
Film ini mengambil suasana kota Bandung dengan latar waktu 1984. Baik dari visual, color grading, pengambilam shot, dan gaya berpakaian dibuat semirip mungkin dengan suasana pada waktu itu.
Kisah cinta mereka diawali ketika Ratna menjadi murid SMA baru di salah satu sekolah di Bandung. Ratna pertama kali melihat Galih ketika sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Keduanya pun sempat memberikan tatapan satu sama lain, namun tidak ada yang berani memulai percakapan lebih dulu.
Suatu hari, Ratna sedang berjalan di lorong sekolah dan mendengar petikan gitar di ruangan musik. Ternyata Galih, yang sedang menyendiri dan menyanyikan lagu. Sejak saat itu, keduanya pun semakin dekat dan sering pulang bersama menggunakan sepeda.
Baca juga:
Yuk, Nostalgia OST Film 'Gita Cinta dari SMA' dan 'Puspa Indah Taman Hati'

Galih yang mengetahui bahwa Ratna cantik dan kaya, awalnya sengaja menghindari Ratna karena ia tahu perbedaan status sosial. Namun seiring berjalanya waktu, Galih pun akhirnya menyatakan cinta kepada Ratna. Mendengar hal itu, mata Ratna seolah berbicara bahwa ia menerima Galih sebagai kekasihnya.
Momen-momen romantis dan menyenangkan mereka rupanya tidak berjalan panjang. Semua hancur ketika ayah Ratna mengetahui anaknya didekati oleh sosok laki-laki. Takut masa depan Ratna berantakan dan tidak jelas, sang ayah meminta Galih untuk membuat surat putus dari Ratna.
Apa yang terjadi dengan hubungan mereka selanjutnya? Apakah bertahan sampai lulus sekolah? Atau justru kandas karena tidak mendapat restu?
Baca juga:
Premis film ini sederhana, yakni bagaimana kisah cinta Galih dan Ratna yang berasal dari dua status sosial berbeda. Ratna dari keluarga kaya raya, yang setiap hari di antar-jemput menggunakan mobil. Sedangkan Galih hanya seorang anak tukang buku bekas yang menggunakan sepeda ontel ke sekolah.
Dari premis itu, sang produser Chand Parwez menganggap film in bisa relevan ke dua generasi, baik generasi masa 80-an dan generasi Z. Film ini juga bukan sekadar nostalgia bagi para orang tua, tetapi juga merefleksikan bagaiman pentingnya komunikasi antara keluarga, terutama anak perempuan ke ayahnya.
“Ini seperti surat cinta untuk generasi z. Bahwa benar banyak gap antara generasi dahulu dan generasi muda. Kita ingin film ini juga jadi jembatan komunikasi antara dua generasi ini. Seperti pesan cinta dari dua sisi,” jelasnya saat Press Screening Gita Cinta Dari SMA di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Senin (6/2).
Film ini juga menggambarkan bagaimana sang ayah begitu keras dengan pemahamannya, dan anak yang serba salah menghadapi pemikiran orang tuanya. Sutradara Monty Tiwa juga tetap memberikan elemen musikal dalam film ini, mulai dari tarian dan nyanyian yang merepresentasikan kehidupan anak remaja.
Gita Cinta Dari SMA akan tayang pada 9 Februari 2023 di bioskop Tanah Air. (and)
Baca juga: