FENOMENA langka berupa gerhana matahari total akan berlangsung tahun depan, tepatnya 20 April 2023. Meski masih satu tahunan lagi, gejala astronomi tersebut disambut antusias khususnya oleh ilmuwan. Begitu juga dengan para peneliti di Observatorium Bosscha ITB, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Alasannya, pada 2023 bertepatan dengan momen peringatan seabad astronomi modern Indonesia yang ditandai dengan peresmian Observatorium Bosscha ITB pada 1 Januari 1923. Sehingga gerhana matahari total pada 20 April 2023 menjadi kado bagi observatorium astronomi modern pertama di Asia Tenggara.
Baca Juga:

Yatny Yulianty, staf Divisi Pendidikan dan Penjangkauan Publik Observatorium Bosscha ITB, mengatakan untuk merayakan momen spesial ini, tim Observatorium Bosscha ITB berencana melakukan pengamatan di daerah dengan gerhana total, yaitu di sekitar Papua atau Maluku Barat Daya, baik dari darat maupun laut.
Selain itu, Bosscha juga sudah menyiapkan berbagai aktivitas untuk edukasi masyarakat, dan live streaming gerhana total nanti. “Gerhana adalah fenomena alam yang sangat menakjubkan, jadi marilah kita semua berpartisipasi aktif mengambil bagian dalam peristiwa ini,” tutup Yatny.
Informasi lengkap mengenai Gerhana Matahari Total 2023 (GMT 2023) dan aktivitas seputarnya dapat dilihat di situs web Observatorium Bosscha.
Gerhana matahari adalah fenomena yang terjadi ketika posisi bulan segaris dengan bumi dan matahari sehingga mengaburkan pandangan bumi terhadap matahari secara total maupun sebagian. Bayangan bulan akan jatuh pada posisi di bumi sesuai lintasannya, menyebabkan kegelapan sesaat.
Proses gerhana matahari berlangsung bertahap. Seiring dengan pergerakan bulan menutupi matahari sedikit demi sedikit, sinar matahari terakhir akan terlihat melewati lembah-lembah di bulan hingga akhirnya tertutup sempurna pada fase total, menyisakan pancaran bagian korona matahari yang menjulur dari tepi bulan setelah itu, bulan akan bergeser hingga matahari tampak utuh kembali.
Pada fase total, ada beberapa hal menarik yang dapat diamati. Karena intensitas cahaya matahari berkurang, keadaan akan tampak gelap seperti malam dengan bulan purnama, dan langit di daerah cakrawala seperti pada sore hari.
Atmosfer bumi akan mendingin, suhu akan turun, kelembapan naik, dan kecepatan angin berubah. Suasana juga akan cenderung sunyi karena hewan seperti burung, ayam, dan ternak bersiap untuk tidur, dan hewan malam berperilaku lebih waspada, meskipun hari masih siang.
Baca Juga:
Berhenti Percaya Mitos Tentang Panjang Umur Jika Ingin Hidup Lebih Lama

“Penurunan suhu saat fase total bisa berkisar 6-15°C. Besarannya tergantung banyak faktor, seperti musim setempat, tutupan awan, dan panjang totalitas gerhana,” terang Yatny Yulianty.
Di Indonesia, gerhana matahari total baru tercatat tiga kali selama empat dasawarsa terakhir, yang terkini pada Maret 2016. Pada 20 April 2023 mendatang, gerhana matahari total dapat diamati di Indonesia bagian timur, dan di sebagain besar daerah akan teramati gerhana matahari sebagian.
Yatny mengatakan, durasi maksimal dari gerhana matahari total adalah 1 menit 14 detik, yang dapat diamati sekitar 51 kilometer tenggara dari Pulau Timor. Setelah 2023, Indonesia baru dapat menyaksikan gerhana matahari berikutnya pada 22 Juli 2028, meski hanya sebagian.
Astronom dapat memprediksi terjadinya gerhana dari perhitungan ephemeris, yaitu perhitungan posisi benda-benda langit termasuk matahari dan bulan. Meski sebetulnya gerhana matahari tidak terlalu langka, seringkali wilayah gerhana terbatas pada laut lepas sehingga sulit untuk diamati secara langsung.
Salah satu aktivitas favorit saat terjadi gerhana matahari adalah melihat matahari yang meredup. Namun, dalam mengamati fenomena istimewa ini, perlu diperhatikan kesehatan mata. Meskipun terkabur, sangat berbahaya untuk melihat matahari secara langsung karena cahaya matahari tetap dapat merusak lapisan retina mata dan menyebabkan penglihatan kabur hingga kebutaan. Jika tidak mempunyai alat khusus (polarisator), dapat digunakan metode proyeksi atau bayangan.
“Paling aman, kita bisa melihat gerhana dengan metode proyeksi atau bayangan,” ujar Yatny.
Contohnya adalah membuat pinhole box, yaitu kotak dengan lubang kecil pada salah satu sisinya, atau membuat celah kecil misalnya dengan tangan atau alat rumah tangga seperti saringan, dan mengamati bayangan matahari yang tampak pada tanah. Penggunaan alat sehari-hari seperti kacamata hitam, film foto, dan film rontgen untuk melihat matahari tidak dianjurkan. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga: