KOTA Bandung, Jawa Barat, menjadi satu dari tiga kota di Indonesia yang ternobat sebagai kota termacet di Asia. Berdasarkan kajian Bappenas dan Bank Dunia pada 2019, kota ini menduduki peringkat 10 dengan tingkat kemacetan mencapai 53 persen. Penyebab kemacetan ialah banyaknya kendaraan bermotor pribadi yang bersliweran di jalan.
Pada 2021, Laporan BPS menunjukkan jumlah kendaraan bermotor di Bandung telah mencapai 1.552.747 unit. Namun tak ada sistem transportasi massal yang memadai di kota Bandung. Ini juga mempengaruhi kualitas udara bersih di Bandung. Kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbanyak polusi udara.Berbagai langkah untuk meminimalisasi kemacetan dan mengurangi polusi udara telah ditempuh. Antara lain rekayasa lalu lintas, pengaturan lalu lintas pada jam sibuk, hingga pembangunan infrastruktur seperti jalan layang dan pengadaan moda transportasi baru di dalam kota.Selain cara-cara tersebut, warga sendiri cukup aktif berperan dengan mengupayakan gerakan siswa bersepeda ke sekolah. Ini didukung pula oleh kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang mengedepankan sistem zonasi atau kedekatan jarak rumah siswa ke sekolah.
"Pelaksana Tugas Kepala Bidang Prasarana Dinas Perhubungan Kota Bandung Panji Kharismadi menjelaskan gerakan tersebut untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, seperti mobil atau sepeda motor," catat Antara, (4/10)
Baca juga:
Tips Aman Bersepeda Malam Hari

Dari sisi lingkungan hidup, budaya bersepeda bakal mengurangi emisi gas buang pencemar udara. Budaya ini mulai bertumbuh kembali di Bandung pada masa pandemi Covid-19. Pertumbuhan ini mendorong Pemerintah Kota Bandung untuk membuat jalur baru khusus sepeda di berbagai jalan arteri.Panjang jalur sepeda di Kota Bandung sekira 20 kilometer. Jalur tersebut berada di pinggir berbagai ruas jalan utama dengan marka penanda jalan beserta logo sepeda. Tapi jalur sepeda itu mayoritas terletak di tengah kota sehingga belum menjangkau semua sekolah.Meski begitu, Pemkot Bandung memastikan mendukung gerakan siswa bersepeda. Dinas Perhubungan pun sudah beberapa kali melakukan sosialisasi penggunaan jalur sepeda kepada siswa di sekolah, khususnya demi keselamatan siswa bersepeda.Walaupun Pemkot tidak memiliki dana khusus untuk pembangunan jalur sepeda pada tahun ini, ada anggaran swakelola untuk memperbaiki marka jalan. Instansi ini tetap melakukan berbagai upaya untuk mendukung gerakan bersepeda ke sekolah.Gerakan siswa bersepeda ke sekolah itu diharapkan tak sekadar membuat siswa rutin bersepeda, tetapi juga mengubah pola pikir siswa dalam bermobilitas.Ketua komunitas Bike to Work Bandung, Wildan Fahdiansyah, mengatakan gerakan tersebut sudah mulai dilakukan di SMPN 55 Bandung, SMPN 36 Bandung, SMPN 34 Bandung, serta beberapa SMP lain.
Baca juga:
Inilah Kota Terindah Dunia untuk Bersepeda Menurut Instagram

Motivasi dan antusiasme siswa untuk bersepeda dapat ditunjang dengan berbagai aspek lain. Seperti penyediaan tempat parkir sepeda yang layak dan aman serta ekosistem bersepeda yang nyaman."Kami berharap gaya hidup sadar dan ramah lingkungan dapat dimulai dari siswa-siswa yang bersepeda ke sekolah," kata Wildan, seperti dikutip Antara.Guru SMPN 55 Bandung, Rahmat Suprihat, menilai gerakan bersepeda efektif untuk menanamkan karakter siswa selain menyehatkan bagi anak-anak itu sendiri. Dengan bersepeda, siswa otomatis mendapatkan pendidikan kesabaran, manajemen waktu, disiplin, solidaritas, serta cinta lingkungan.Agar gerakan tersebut meluas dan membudaya, para guru didorong menjadi figur teladan bersepeda. Motivasi dan keinginan guru mengajak anak bersepeda sampai saat ini terlihat masih minim.Padahal, gerakan perubahan budaya membutuhkan figur-figur yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Karena gerakan ini menyasar siswa, guru menjadi sosok penting untuk menyukseskan gerakan tersebut.Bersepeda ke sekolah memiliki banyak manfaat terlihat dan tak terlihat. Antara lain peningkatan kemampuan konsentrasi saat belajar, kemampuan motorik, dan kebahagiaan.Psikolog klinis anak dan remaja, Melissa Luckyanti, menyatakan bersepeda dapat meningkatkan aliran darah sehat yang membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh termasuk otak.Olah tubuh tersebut dapat merangsang otak meningkatkan produksi hormon serotonin, norepinefrin, dopamin, serta meningkatkan transmisi informasi antara berbagai bagian tubuh dengan cerebral cortex. Alhasil, gerakan itu memunculkan perasaan senang, meningkatkan fokus, dan mempercepat reaksi otot.Kebiasaan bersepeda bisa dimulai sejak anak berusia di bawah 4 tahun. Tahapan-tahapan mengajarkan anak bersepeda bisa dilakukan melalui pendampingan orang dewasa.
Kebiasaan bersepeda sejak dini menjadi modal terbaik untuk menyukseskan gerakan bersepeda ke sekolah seperti yang sekarang sedang digencarkan Kota Bandung. (dru)
Baca juga: