DISTY Laurent Audry rela menghabiskan uang untuk berbelanja sepatu dibandingkan produk fesyen lainnya. Mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta ini mengoleksi berbagai macam sepatu, bahkan ada yang langka dan unik. Semakin langka sepatu yang ia koleksi, maka makin tinggi pula harganya.
Sebagai kolektor sepatu, Disty mengaku bukan seorang fear of missing out (FOMO) yang berarti selalu mengikuti tren sepatu terbaru. Ia mengaku gemar mengoleksi sepatu karena dalam berpenampilan, ia ingin busana yang ia kenakan selalu mix and match dengan sepatunya.
Baca Juga:
"Gue koleksi sepatu sampai sebanyak ini karena biar bisa ganti-ganti model sepatu aja sekalian untuk mix and match dan bisa dijadiin fesyen juga. Misal kalau lagi mau pake fesyen yang warnanya ungu, berarti sepatu gue juga harus warna ungu," ucap Disty kepada merahputih.com.
Disty mengoleksi belasan sepatu dari berbagai merek seperti Adidas, Nike Jordan, Skechers, Fila, dan Vans. Semua sepatu yang ia koleksi tidak pasaran. Ia selalu melakukan riset terlebih dulu sebelum membeli sepatu untuk memastikan barang yang ia beli jarang digunakan orang lain alias langka.

Kegiatan mengoleksi barang seperti yang dilakukan Disty ini dapat mendatangkan kegembiraan. Dengan catatan, barang yang dibeli memang sesuai dengan kepribadian suatu individu, seperti Adisty yang amat menyukai sepatu untuk keperluan fesyen hariannya.
Ditulis oleh laman Fast Company, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Psychological Science pada April 2016, para peneliti menemukan bahwa orang lebih gembira jika mereka membelanjakan uang untuk hal-hal yang sesuai dengan kepribadian mereka.
Baca Juga:
Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengamati transaksi bank lebih dari 600 orang, yang semuanya secara anonim mengisi kuesioner tentang tipe kepribadian dan kepuasan hidup mereka. Orang-orang yang paling gembira dalam penelitian ini tampaknya adalah mereka yang membelanjakan lebih banyak uang untuk hal-hal atau layanan selaras dengan tipe kepribadian mereka.

Disty memang menghabiskan banyak uang untuk membeli sepatu. Namun, kegiatan mengoleksi barang Adisty ini ialah hal lumrah. Dimuat di klikdokter, Psikolog Ikhsan Bella Persada mengatakan mengumpulkan barang dengan tujuan mengoleksi, bukanlah tanda gangguan mental. Kondisi ini bisa disebut dengan obsesi pada satu objek. Namun, bisa dikatakan tidak normal jika kamu tidak lagi memperhitungkan budget yang kamu miliki hanya demi membeli suatu barang.
Maka dari itu, Disty menegaskan ia tetap memiliki batasan tertentu dalam mengoleksi sepatu. Ia tetap tahu kapan untuk berhenti membeli sepatu.
"Gue bukan FOMO dan terus mengikuti perkembangan si brand Nike Jordan ini ya, tapi biar bisa untuk ganti-ganti model sepatu aja gitu. Karena gue orangnya bosenan dan suka menyesuaikan outfit jadi fine-fine aja," tutupnya. (dkr)
Baca Juga: