Gateng, Permainan Asli Yogyakarta Sejak Zaman Mataram Islam
MerahPutih Budaya - Di era 80-an, tidak sulit menemukan anak perempuan bermain-main bersama sehimpunan batu kecil, khususnya di pedesaan. Memasuki era 90-an, permainan tanpa butuh biaya itu mulai tergerus satu per satu.
Mungkin, anak-anak masa sekarang akan bingung bila diberi sekumpulan batu kecil, berjumlah lebih dari 10 biji. Berbeda dengan anak-anak perempuan pada masa 90-an, sekumpulan batu kecil itu tentu bisa dimanfaatkan untuk bermain gateng.
Permainan (dolanan) gateng merupakan permainan yang berasal dari Jawa. Berdasarkan namanya, "gatheng", mainan ini peninggalan kerajaan Mataram Islam.
Putra Panembahan Senopati Mataram Islam, Raden Rangga, diketahui memiliki batu mainan. Batu tersebut dinamai "gatheng". Bahkan, watu (batu) gatheng tersebut masih ada di salah satu desa di Kota Gede, Bantul, DI Yogyakarta.
Gateng biasanya dimainkan dengan dua orang. Masing-masing orang memiliki batu jagoan atau biasa juga disebut gacok. Sehimpunan batu kecil dilempar atau diserakkan, lalu satu per satu dikutip. Bukan asal kutip, melainkan dikutip saat batu gacok dilempar ke atas. Nah, saat semua bisa dikutip tanpa jatuh gacoknya, maka dialah pemenangnya.
Di berbagai pelosok tanah air, permainan ini cukup familiar. Hal ini ditunjukkan beragamnya nama lain dari gateng. Di antaranya watu lima dan batu serak. (fre)
BACA JUGA: