SETELAH 31 tahun berjalan, jenama sport apparel asal Jerman, Adidas, mengumumkan potensi kerugian tahun ini. Sebagian besar potensi kerugian itu disebabkan koleksi pakaian dan sepatu Yeezy yang bermasalah.
Koleksi Yeezy merupakan hasil kerja sama Adidas dengan selebritas Kanye West atau Ye. Berdasarkan laporan CNN Business, perusahaan tersebut memberitahukan kerugian potensial pada pekan lalu.
BACA JUGA:
“Berdasarkan laporan Adidas, kerugian operasional diperkirakan dapat mencapai 700 juta euro (setara Rp11,3 triliun) tahun ini, karena sejumlah barang YEEZY senilai sekitar 500 juta euro (Rp8,1 triliun) tidak terjual. Kabar tentang laporan keuangan 2022 dan ramalan kondisi finansialnya untuk 2023 pada Rabu pagi menyebabkan nilai saham Adidas turun 2,2 persen,” ungkap CNN Business.
View this post on Instagram
Meskipun begitu, Adidas menyatakan bahwa tahun ini mereka akan berusaha memasarkan kembali produk Yeezy dengan strategi yang berbeda, tanpa memberikan detail lebih lanjut tentang rencana tersebut.
Adidas dan rapper Kanye West, mengakhiri kerja sama YEEZY mereka pada Oktober 2022 lalu setelah Kanye mengeluarkan pernyataan yang dianggap sebagai ujaran kebencian bernada anti semit oleh banyak orang.
Padahal, kontrak mereka seharusnya berlangsung selama sembilan tahun. Keputusan tersebut membuat perusahaan Jerman itu mengalami kerugian finansial yang besar.
BACA JUGA:
Pada Februari 2023, Adidas mengumumkan potensi penurunan pendapatan tahunannya sebesar 1,2 miliar euro (sekitar Rp19,5 triliun) yang disebabkan oleh perpisahan dengan Ye. Menurut penjelasan Adidas pada Rabu, pendapatan kuartal terakhir 2022 mereka menurun sebesar 600 juta euro (sekitar Rp9,7 triliun).
Namun uniknya, akibat kontroversi itu, permintaan sepatu Yeezy meningkat di pasaran. Sebagaimana dikonfirmasi Chief Executive Penjualan Sepatu dan Pakaian Kelas Atas Impossible Kicks John Mocadlo, permintaan sepatu Yeezy meningkat 30 persen sejak Oktober tahun lalu.
Seperti dilansir CNN Business, Adidas mengalami penurunan keuntungan hingga 66 persen year on year. Meskipun Adidas berhasil meningkatkan penjualan mereka sebesar 1 persen pada 2022, pasar terbesar mereka, yaitu Tiongkok, mengalami penurunan sebesar 36 persen akibat pandemi COVID-19.

Hal itu membuat Chief Financial Officer Harm Ohlmeyer menyebut 2023 sebagai tahun yang mengecewakan bagi perusahaan. Namun, Adidas berharap bahwa 2023 akan menjadi titik balik bagi perusahaan. Mereka akan membangun pijakan baru untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan.
Selain itu, Chief Executive Adidas Bjorn Gulden menyatakan perusahaan perlu meminimalkan diskon dan mengurangi stok barang untuk mengatasi kemungkinan kerugian di masa depan.(dsh)
BACA JUGA: