Gandeng BIN, 'Obat COVID-19' Unair Masuk Tahap Desain Kemasan

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Senin, 10 Agustus 2020
Gandeng BIN, 'Obat COVID-19' Unair Masuk Tahap Desain Kemasan
Draf desain kemasan Regimen Kombinasi 5 Obat untuk pasien COVID-19 hasil penelitian dari Unair. (IST/Unair)

MerahPutih.com - Masih ingat Regimen Kombinasi 5 Obat hasil riset dari Universitas Airlangga (Unair) yang diklaim dapat menyembuhkan pasien COVID-19 pada Juni lalu? Penelitian saat ini sudah merampungkan tahap ujiklinis. Unair juga rencananya akan menggandeng Badan Intelijen Negara (BIN) dalam melanjutkan proses produksinya.

Koordinator Produk Riset Covid Unair Profesor Ni Nyoman Tri Puspaningsi menjelaskan regimen kombinasi obat itu saat ini sudah masuk tahap rancangan desain kemasan. Meski demikian, dia menegaskan saat ini obat belum bisa diperjualbelikan secara bebas.

"Masih draf desain produk yang akan dipakai sebab di sudut kanan kemasan masih ada tulisan ‘tidak diperjualbelikan’ untuk itu masih jadi rancangan desain,” kata Nyoman, saat dikonfirmasi MerahPutih.com, Minggu (9/8).

Baca Juga:

Temuan Tim Riset Unair, Kombinasi 5 Obat ini Ampuh Bunuh Virus Corona

Lebih jauh, Nyoman menjelaskan regimen kombinasi 5 obat itu nantinya bisa segera diproduksi secara massal, bahkan diharapkan bisa diperjualbelikan secara bebas. Namun, lanjut dia, kebijakan itu nanti bergantung pada kebijakan pabrikan farmasi yang akan menangani produksi obat.

Sebelumnya, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menyampaikan tim riset kampusnya tengah berupaya untuk mempercepat pencegahan COVID-19 dengan lima kombinasi regimen obat yang banyak beredar di pasaran dijadikan obat untuk pasien COVID-19.

Obat
Kombinasi 5 obat untuk pasien terpapar virus Corona hasil penemuan tim riset dari Unair. Foto: Istimewa

Di waktu yang sama, Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Unair Purwati menjelaskan, kombinasi dari 5 obat itu terdiri dari Lopinavir/ritonavir dengan azithromicyne, Lopinavir/ritonavir dengan doxycyline, Lopinavir/ritonavir dengan chlaritromycine, Hydroxychloroquine dipadu azithromicyne, serta Hydroxychloroquine dengan doxycycline.

"Regimen kombinasi 5 obat Corona memang belum diedarkan serta dikomersialisasi secara bebas. Sebab pekerjaan ini hasil kerja sama antara UNAIR, BNPB, berikut Badan Intelijen Negara (BIN). Yah pastinya hal baik ini pasti akan kami sebarkan untuk kepentingan masyarakat Indonesia," tutur Purwati pada 12 Juni lalu.

Purwati mengklaim racikan obat tersebut sangat efektif dan memiliki daya bunuh virus maksimal. Dosisnya, 1/5 dan 1/3 lebih kecil dibandingkan dosis tunggalnya, sehingga meminimalisisr efek toksik jika dikonsumsi sebagai obat tunggal.

“Hasil uji HSCs memaparkan usai 24 jam virus SARS CoV2 isolat Indonesia sudah mampu dieliminasi oleh stem cells tersebut. Namun, hasil uji tantang NK cells terhadap virus, usai 72 jam tertera sebagian virus bisa diinaktivasi oleh NK cells itu sendiri,” tutup peneliti Unair itu. (Andika L/Jawa Timur)

Baca Juga:

Ingat! Klorokuin & Hidroksiklorokuin Tak Bisa Sembarangan Digunakan ke Pasien COVID-19

#COVID-19 #Unair
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Bagikan