Freeport Segera Operasikan Kereta Tambang Bawah Tanah

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Kamis, 20 Juni 2019
Freeport Segera Operasikan Kereta Tambang Bawah Tanah
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas. (ANTARA News Papua/Evarianus Supar)

Merahputih.com - PT Freeport Indonesia akan mengoperasikan kereta tambang bawah tanah untuk mempermudah pengangkutan material biji tembaga, emas dan perak menuju lokasi pabrik pengolahan di Mil 74, Tembagapura, Mimika, Papua.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas mengatakan rencana pengoperasian kereta tambang bawah tanah itu tengah diproses.

"Memang benar kereta bawah tanah itu sedang dalam proses untuk pengoperasian," kata Tony, Rabu (19/6).

BACA JUGA: PT Freeport Beberkan Potensi Cadangan Tembaga, Hasilnya Diluar Dugaan

Ia menjelaskan, saat ini PT Freeport tengah membangun berbagai infrastruktur tambang bawah tanah mengingat ke depan tambang permukaan Grasberg segera berhenti beroperasi. Seiring dengan kebijakan itu, ribuan karyawan yang selama ini bekerja di lokasi tambang Grasberg, akan direlokasi ke tempat-tempat lainnya dalam daerah operasi perusahaan tersebut.

Menurut Tony, pembangunan infrastruktur tambang bawah tanah akan mempengaruhi jumlah produktivitas biji tembaga, emas dan perak yang dihasilkan PT Freeport dalam beberapa tahun ke depan hingga 2022. "Sekarang ini produksi kami memang mengalami penurunan hanya sekitar 140 ribu ton biji per hari dan kadang-kadang 130 ribu ton biji per hari," jelasnya.

Produksi biji tembaga, emas dan perak PT Freeport diperkirakan akan kembali meningkat pada sekitar 2021-2022 dengan target produksi per tahun mencapai tiga juta ton.

Untuk mengolah bahan baku tambang tersebut, PT Freeport berupaya mencari dukungan pendanaan dari sejumlah perbankan untuk membangun pabrik smelter berkapasitas dua juta ton konsentrat di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Kondisi pertambangan PT Freeport di Papua
Sejumlah haul truck dioperasikan di area tambang PT Freeport Indonesia. (Antara Foto/Muhammad Adimaja)

Pihak Freeport menaksir biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik smelter tersebut berkisar 2,8 hingga tiga miliar dolar AS atau sekitar Rp48 triliun-Rp50 triliun. "Pendanaan proyek smelter di Manyar Gresik salah satu opsinya antara lain dari perbankan. Kami sedang membicarakan itu dengan beberapa bank," jelas Tony.

Tony menyebut pabrik smelter yang akan dibangun PT Freeport di Manyar, Gresik itu berada di kawasan industri bernama Java Integrated Port & Industrial Estate (JIPI) di atas lahan seluas 100 hektare yang sebelumnya merupakan kawasan pertambakan.

Mega proyek yang diproyeksikan akan tuntas pada 2023 itu rencananya akan memproduksi 99,9 persen katoda tembaga sebagaimana yang dihasilkan oleh PT Smelting Gresik di kawasan Petrokimia yang juga kini dimiliki oleh PT Freeport.

BACA JUGA: Luhut Ungkap Adanya 'Deal' Jokowi-Freeport

PT Smelting Gresik dibangun tahun 1996 dan sudah 23 tahun beroperasi dengan kapasitas satu juta ton konsentrat tembaga per tahun.

"Pabrik yang akan kami bangun di Manyar Gresik dua kali lipat dari yang ada sekarang sehingga nantinya total kapasitas konsentrat yang bisa diproses di dua pabrik smelter itu tiga juta ton. Produksi konsentrat Freeport ke depan ditargetkan sekitar tiga juta ton sehingga diharapkan semuanya bisa diolah di dalam negeri," jelas Tony. (*)

#PT. Freeport
Bagikan
Bagikan