Foto: Ketika Laut Meninggalkan Nelayan Pulau Bangka
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
-
-
Selama ber abad-abad, provinsi Bangka Belitung terkenal dengan dua komoditi utamanya yakni lada dan timah, yang telah terkenal hingga ke tingkat internasional. Dua komoditi tersebut yang kemudian menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Tidak puas dengan rusaknya daratan Pulau Bangka, timah kini mulai merangsak masuk hingga ke lautan Pulau Bangka dan Belitung yang luasnya 6.530,100 hektar (80 persen dari total luas wilayah). Menurut IKPLHD Provinsi Kepulauan Babel tahun 2019, jumlah Nelayan terus berkurang dari 46.552 (2016) menjadi 42.642 (2017), dan terakhir di tahun 2020 menyisakan 39.942 Nelayan. Nelayan memang menjadi salah satu yang terdampak, tetapi lebih dari itu, biota laut lah yang paling merasakan dampaknya, ekosistem terumbu karang rusak, ditambah lagi kadar logam berat yang dihasilkan dari limbah pertambangan laut telah mencemari laut Pulau Bangka. Ikatan kuat antara laut dan manusia di Pulau Bangka perlahan semakin memudar.
LAINNYA DARI MERAH PUTIH
LAINNYA DARI MERAH PUTIH
Rumah Ibadah Mulai Dibuka, PMI Kota Tangerang Disinfeksi Masjid Raya Al-Azhom
Gubernur Banten akan mengizinkan rumah ibadah mulai dibuka dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan
Pembuatan Ogoh-ogoh Jelang Hari Raya Nyepi
Pemuda Hindu menyelesaikan proses pembuatan Ogoh-ogoh di Pura Kerta Jaya Kota Tangerang, Banten.
Menjajal Jembatan Gantung Terpanjang se-Asia Tenggara di Situ Gunung Sukabumi
Pengunjung berjalan di atas jembatan gantung Situ Gunung di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi, Jawa Barat
Foto: Pembuktian Penyandang Disabilitas
Potret Warnadi saat menjalani latihan dengan Garuda-INAF di lapangan Rumah Sakit dr. Suyoto, Sabtu (15/8). Penyerang sayap atau bek sayap merupakan posisi yang ditempatinya.
Cegah COVID-19 Pemprov DKI Jakarta Tutup Taman dan RPTRA
Papan pengumuman penutupan terpajang di pintu masuk kawasan taman Lapangan Banteng oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait antisipasi penyebaran virus corona (COVID-19) di Lapangan Banteng, Jakarta
Polisi Amankan Gudang Penimbun Ratusan Ribu Masker di Tangerang
Petugas Kepolisian Satkrimsus Polda Metro Jaya mengambil barang bukti masker saat rilis kasus dugaan penimbunan masker di gudang penyimpanan, Jl Raya Kampung Melayu, Neglasari, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (4/3/2020). Tim Kepolisian Polda Metro Jaya mengamankan 600 ribu masker ilegal