Film Bidadari Terakhir: Sebuah Cinta yang Salah

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 08 September 2015
Film Bidadari Terakhir: Sebuah Cinta yang Salah
Konferensi pers film "Bidadari Terakhir" di Epicentrum Walk Ground Floor, Jl. H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (7/9). (Foto: MerahPutih/Venansius Fortunatus)

MerahPutih Cinema – Mencintai seseorang tentulah bukan sebuah kesalahan. Tapi, bagaimana bila seseorang tersebut adalah pekerja seks komersial (PSK)? dan sosok yang mencinta adalah anak SMA. Film Bidadari Terakhir coba merangkainya menjadi sebuah drama cinta pertama seorang remaja di lingkungan orang dewasa.

Bermula dari berkunjung anak kutu buku, bintang kelas, dan sainsholic, bernama Rasya (Maxime Bouttier). Ia menemani sahabatnya Hendra (Julian Jacobs) ke lokalisasi Paradiso malah bertemu dengan sosok yang berhasil merenggut hatinya.

Saat menyendiri menunggu sahabatnya melakukan "cinta satu malam", kedatangan Eva (Whulandary Herman) sang PSK, lalu perkenalan yang hanya satu malam, membuat Rasya luluh. Kecantikan, kecerdasan Eva membuat sang kutu buku kehilangan frasa. Setelah itu, semuanya menjadi sebuah cerita.

Sang sutradara, Awi Suryadi memoles kisah tak biasa ini menjadi drama. Sebuah sisi lain dari kehidupan anak remaja ketika mencari jati diri, penemuan cinta pertama hingga konflik yang menjadi drama.

Konflik pun muncul saat sang Ayah (Ikang Fawzi) mengetahui anaknya mencintai PSK. Diikuti menurunnya prestasi sang anak di kelas, karena fokus mengejar "cinta pertama" tersebut, Rasya pun mengalami dilema pertama dalam hidupnya.

Maxime pun cukup berhasil memainkan karakter Rasya, anak remaja SMA yang polos, kutu buku, bahkan terkesan hipster. Tentu saja, peran Whulandari Herman untuk menghidupkan karakter Eva menjadi PSK juga sangat luar biasa.

Namun, sebagai kisah yang ingin dirangkai menjadi drama. Beberapa karakter yang sebenarnya penting malah terlihat sebagai tempelan. Sosok Maria (Stella Cornelia) yang nantinya menjadi sosok penting dalam hidup Rasya, hanya muncul dibeberapa part film tersebut.

Tapi keberanian Awi mengangkat kisah tabu ini menjadi film patut diapresiasi. Apalagi penonton akan dimanjakan dengan keindahan kota Balikpapan. Pengambilan gambar yang bagus pun membantu penonton menahan kantuk.

Film ini diangkat dari kisah nyata. Film Bidadari Terakhir sebuah gambaran bahwa drama tidak melulu "termehek-mehek". Seperti kata di film itu, Supernova, bahwa cinta memang tidak selalu benar. (rky)

 

Baca Juga:

Ini Jawaban Whulandary Herman Soal Kritik di Film Perdananya

Dianggap Menyimpang dari Sejarah, Produser Film Jenderal Soedirman

Whulandary Herman Berperan PSK, Sang Ibu Jadi Gunjingan

Seorang Bapak 'Tawar' Whulandary Herman di Lokasi Syuting

 

#Stella Cornelia #Julian Jacobs #Whulandary Herman #Maxime Bouttier #Percintaan #Film Bidadari Terakhir
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan