KEMENANGAN Ferrari di balapan pembuka Bahrain Grand Prix, seolah menjadi sinyal bagi tim lainnya bahwa mereka sudah bersiap mendominasi podium. Pada balapan pembuka itu bukan hanya tim pabrikan saja yang mampu menujukan performa terbaik mesin Ferrari.
Seperti yang dilansir dari laman Standard, tim lainnya yang memakai mesin sejenis juga berjaya, ambil contoh tim Haas yang mendapatkan posisi kelima pada balapan pembuka itu. Begitu juga dengantim Alfa Romeo yang mendapatkan posisi keenam dengan driver-nya Valtteri Bottas.
Baca Juga:
Highlights F1 GP Bahrain 2022, dari Mobil Terbakar Hingga Kebangkitan Ferrari

Pada musim sebelumnya Ferrari memang berjuang agar mobilnya dapat mengalahkan tim Mercedes dan Red Bull Racing. Ferrari mendapatkan podium terakhirnya pada balapan di Singapura tahun 2019. Seperti yang dikatakan oleh Gunther Steiner, prinsipal tim Haas, tahun-tahun lalu Ferrari harus menelan pil pahit. Namun kali ini Ferrari sudah kembali dengan berbagai perbaikan.
“Menurut saya, mesin Ferrari yang terbaik saat ini,” kata Steiner.
Memang kemenangan ini baru sekali saja dan dalam masa pembukaan balapan. Namun Ferrari mengerti betul kesalahan-kesalahan dan nasib buruk yang dialami pada tahun sebelumnya. Pada balapan di Bahrain, Ferrari menunjukan sebagai yang tercepat di lintasan balap.
Di tahun 2019, mereka hanya mendapatkan 504 poin di belakang Mercedes. Tahun itu pula ada kabar bahwa sistem fuel flow mesinnya tidak sesuai dengan regulasi. Meskipun tak merebak ke publik, kemudian mereka bekerjasama dengan FIA untuk memperbaiki sistem itu. Mereka toh mematuhi aturan yang ada.
Performa mereka kemudian sangat menurun di tahun 2020. Bahkan boleh dikatakan sangat mengecewakan para penggemarnya.
Untuk mengembalikan performa tak terkalahkan, kemudian hadir Mattia Binotto untuk memperbaiki secara keseluruhan. Sebelumnya Binotto hanya bertindak selaku prinsip tim saja. Ini mengakibatkan Sebastian Vettel dikeluarkan dari tim. Kemudian menghadirkan Carlos Sainz yang berpasangan dengan Lecrec.
Baca Juga:
Pawang Hujan hingga Marc Marquez Absen, Momen Menarik di MotoGP Mandalika 2022

Selama tahun 2021 ketika Mercedes dan Red Bull saling mengungguli, Ferrari berkutat untuk memperbaiki mesin dan konstruksi mobil balapnya. Di samping itu Ferrari masih menjadi incaran orang untuk menjatuhkannya berdasarkan regulasi yang ada. Tak mengherankan bila kemudian mereka sangat memperhatikan aturan yang ada di masa depan dan berhati-hati terhadap sumber-sumbernya.
Tak hanya sisi itu saja yang diperbaiki oleh Binotto, dia memberikan dukungan penuh pada semua anggota timnya, secara fisik maupun mental. Dia mendorong tim pit stop bekerja di bawah tiga detik ketika mobil masuk ke area pit stop. Alhasil pada balapan di Bahrain, mereka berhasil mengerjakan mobil Sainz hanya dengan waktu 2,3 detik.
Begitu juga dengan dengan dua driver-nya yang harus berkomunikasi dengan baik dengan semua anggota tim di dalam atau di luar lintasan. Makanya tak mengherankan bila menjelang garis finis Lecrec bercanda tentang kerusakan mesin. Ini menunjukan kalau komunikasi berjalan dengan baik. Meskipun demikian Sainz mengatakan bahwa balapan pembuka itu merupakan balapan terburuknya. Dia mengeluhkan tentang mesinnya, meskipun dia mendapat posisi kedua.
Binotto menegaskan bahwa F1-75 adalah yang tercepat. Dasar yang dimiliki mobil itu adalah yang terbaik. Ketika ada penambahan dan perbaikan akan membawa mobil ke arah yang lebih baik lagi.
Yang harus diwaspadai oleh Ferrari adalah performa Red Bull yang tak kalah baiknya. Sementara Mercedes terus memperbaiki performanya. (psr)
Baca Juga:
Motor Joan Mir dan Alex Rins Dipamerkan di Gaikindo Jakarta Auto Week 2022