ISTILAH 'sultan' dan 'crazy rich' sepertinya sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Istilah tersebut banyak digunakan di platform media sosial. Munculnya istilah ini berawal dari para selebritas yang sukses menyelami dunia bisnis.
Kesuksesan mereka dilihat dari perilaku pamer kemewahan di media sosial yang memperlihatkan gaya hidup mewah bak milyuner ternama. Perilaku pamer atau flexing itu lah yang memunculkan istilah itu di media sosial.
Baca Juga:
Flexing Versus Humblebragging, Dua Cara Unjuk Gigi Serupa Tapi Tak Sama

Namun, dibalik perilaku flexing terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang memiliki perilaku pamer. Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan flexing.
Inferioritas
Perasaan yang berasal dari kekurangan dalam diri seseorang. Menurut Nugrahanintyas (2014), menyebutkan flexing awalnya perasaan yang timbul akibat lemahnya kondisi psikologis dan sosial yang dirasakan secara pribadi atau perasaan yang timbul karena kelemahan yang dimiliki.
Selain itu, fenomena flexing juga memiliki hubungan yang erat dengan harga diri yang rendah. Biasanya pelaku cenderung lebih sensitif dan mudah terganggu dengan kritikan.
Baca Juga:

Lawan jenis
Aktivitas menarik perhatian ini juga termasuk perilaku konsumerisme. Hal ini karena didorong oleh keinginan seseorang untuk menarik perhatian lawan jenis atau orang lain yang disukai. Umumnya seseorang ingin kehadirannya lebih terlihat, dengan itu ia berupaya memperbaiki diri. Sayangnya dengan cara, yakni memperlihatkan gaya hidup mewah melalui harta yang dimilikinya.
Tekanan sosial
Kondisi geografis dari tempat tinggal terkadang menciptakan perbedaan dalam tingkah laku yang terdapat dalam diri seseorang. Contohnya untuk sebagian orang di kota-kota besar merek tas seperti Coach, Charles & Keith dan Longchamp dapat dikatakan sebagai barang yang memiliki harga standar. Namun, di beberapa daerah pinggiran menganggap tas tersebut masuk ke dalam kategori mewah.
Perbedaan tersebut yang menimbulkan gaya hidup pamer sebagian orang yang tinggal di pinggiran karena ingin mengikuti gaya hidup di perkotaan.
Dari beberapa faktor penunjang gaya hidup pamer, terdapat akibat yang bisa didapatkan, terlebih jika flexing, tapi memaksakan diri. Hal ini bisa jadi sangat berbahaya, Jika dikemudian hari yang bersangkutan tidak bisa memenuhi keinginan, Maka kondisi tersebut dapat mengarah pada pemaksaan kedaan yang berujung hutang. (mro)
Baca Juga: