Fakta-Fakta Unik Hubungan Warga Lampung dengan Gajah Sumatera


Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas. (Foto: instagram.com/tommydmt)
LAMPUNG sebagai salah satu wilayah habita gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) terkadang menimbulkan konflik dengan masyarakat. Konflik biasanya terjadi antara warga yang tinggal berbatasan dengan hutan atau wilayah konservasi.
Koflik biasnya karena gajah memasuki pemukiman atau ladang-ladang warga. Hal itu terjadi karena berkurangnya sumber makanan dan lahan. Namun di balik konflik manusia dan gajah itu, ada hubungan unik warga Lampung dengan mamalia yang dikenal cerdas ini.
1. Warga memanggil gajah dengan nama "Mbah"

Masyarakat Desa Pemerihan, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung menggunakan panggilan unik untuk Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), yakni "mbah" atau "liman", saat menggiring kawanan satwa itu kembali masuk kawasan hutan lindung.
"Gajah di sini memang dipanggil 'mbah', karena bisa dikatakan gajah ini pancaindranya sangat kuat, tahu-tahu dia muncul," kata Warsono, anggota Komunitas Sahabat Gajah Desa Pemerihan, seperti dikutip Antara, di Pesisir Barat, Minggu (14/4) malam.
2. Warga tidak sampai melukai gajah yang mengganggu

Pemerihan adalah salah satu desa yang masyarakatnya masih sering berkonflik dengan Gajah Sumatera asal Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Konflik terjadi lantaran lahan perkebunan warga setempat dimasuki gajah, sedangkan lahan untuk habitat gajah berkurang.
Lahan warga berbatasan langsung dengan kawasan hutan TNBBS sehingga konflik tidak terelakkan antara gajah dan warga.
Kendati berkonflik, warga tidak membunuh dan melukainya. Mereka sebatas mengusir gajah itu supaya tidak masuk dan memakan tanaman warga. Saat menghalau kawanan gajah masuk ke hutan, panggilan yang kerap terdengar dari warga adalah "mbah".
3. Panggilan sebagai bentuk penghormatan terhadap gajah

Warsono mengatakan sebagian warga ada yang memanggilnya "mbah gede", ada pula memanggil "liman".
Panggilan "mbah" dan "liman" bentuk penghormatan mereka kepada gajah karena gajah dipercaya mempunyai pancaindra yang tajam.
"Gajah sangat peka seperti bisa mendengar dan merasakan ucapan manusia yang sopan dan tidak sopan terkait dirinya sehingga setiap berucap tidak boleh sembarangan biar tidak menyinggung. Kalau kita panggil gajah, seperti tidak sopan, jadi kita memanggilnya 'mbah gede', ada juga masyarakat yang memanggilnya 'liman'. Panggilan 'mbah' atau 'liman' itu panggilan halusnya," ujarnya.
4. Warga diserang gajah akibat sesumbar

Kepala Desa Pemerihan Cahyadi mengatakan panggilan "mbah" untuk gajah sudah lama dipakai oleh warga setempat
Pernah ada kejadian di mana warganya tewas diserang gajah akibat sesumbar memanggil gajah.
"Kalau ada masyarakat atau dari luar yang datang lalu sesumbar, gajah akan mencarinya dan itu sudah pernah kejadian," katanya.
Warga setempat memang berkonflik dengan gajah karena lahannya sering dimasuki gajah, namun gajah-gajah itu tidak pernah dilukai, hanya dihalau. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Tak Jauh dari Singapura, The Canopi Bintan Jadi Incaran para Turis
Bagikan
Berita Terkait
Jalan Baru Lampung, Harapan dan Peluang Wisata untuk Warga Sekitar

Mengenal Kulintang Pring, Instrumen Tradisional Asal Lampung

Kematian 2 Gajah Sumatra Koleksi Solo Safari Dipastikan Akibat Virus Herpes

2 Koleksi Gajah Sumatera Mati Mendadak, Solo Safari Tambah Dokter Hewan

Bencana Erupsi Taman Wisata Kawah Nirwana Lampung Nihil Korban Jiwa

Aktor Chicco Datangi Polda Riau Minta Pengusutan Kematian Gajah Rahman

Dua Gajah Sumatera Mati Tersengat Listrik di Aceh
