SEBUAH survei yang dilakukan Yahoo Finance telah menetapkan Facebook/Meta sebagai perusahaan terburuk pada 2021. Facebook mengalami tahun yang buruk dalam segala hal. Semua itu berkat pengungkapan yang dilakukan Frances Haugen selaku ilmuwan data yang menjabat manajer produk di perusahaan tersebut. Sejak pengungkapan Haugen, banyak hal negatif tentang perusahaan, termasuk Facebook, terbuka. Hal itu meliputi tampilan konten kekerasan dan eksplisit kepada pengguna yang tidak paham teknologi dan kebohongan tentang menargetkan iklan kepada remaja.
Untuk menghindari pengawasan media dan mengubah cerita publik, perusahaan mengubah nama dari Facebook menjadi Meta. Namun, sepertinya hal tersebut masih tidak membantu membersihkan citra Facebook. Perusahaan juga menghadapi pertempuran antitrust di dalam maupun luar negeri. FTC bahkan telah mengajukan gugatan pada awal 2021 untuk membubarkan raksasa media sosial tersebut karena telah menyalahgunakan monopoli atas layanan jejaring sosial pribadi di Amerika Serikat. Meta juga baru-baru ini digugat Rusia, karena tidak menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Moskow.
BACA JUGA:
Ada Perusahaan Lain Punya Merek Dagang Meta, Mark Zuckerberg Diminta Bayar Rp287 Miliar
Setiap tahun, Yahoo membuat segmen Perusahaan Tahun Ini yang berdasarkan kinerja pasar dan pencapaian pada tahun tersebut. Microsoft telah memenangi penghargaan pada 2021, karena belakangan ini kinerja harga saham perusahaan tersebut sangat luar biasa. Kapitalisasi pasar Microsoft mencapai Rp 667 triliun pada Juni lalu.

Yahoo Finance juga memilih Perusahaan Terburuk Tahun Ini melalui jajak pendapat daring. Pada tahun ini, banyak responden yang memilih Meta (sebelumnya bernama Facebook) sebagai perusahaan yang secara umum tidak mereka sukai. Survei tersebut telah diunggah di Yahoo Finance pada 4 dan 5 Desember, dengan ratusan orang yang memilih untuk perusahaan terburuk pada tahun ini.
Hal yang menarik dalam survei Yahoo Finance tersebut ialah Facebook telah menerima kebencian dari kedua sisi spektrum politik. Sementara itu, orang-orang di sebelah kanan merasa bahwa situs itu menyensor suara mereka, sedangkan orang-orang di sebelah kiri percaya bahwa platform tersebut berkontribusi pada informasi palsu dan kebencian masyarakat.

Selain itu, banyak juga yang kesal karena perusahaan mengabaikan masalah kesehatan mental pada anak-anak dan remaja, terutama terkait dengan masalah citra tubuh gadis-gadis muda di Instagram.(frs)