FILM Everything Everywhere All at Once produksi A24 telah berhasil menjajaki box office utama, sekaligus berhasil melampaui penjualan hingga USD 100 juta (Rp 1,4 triliun) secara global. Menjadikannya sebagai film produksi A24 pertama yang bisa mencapai standar tinggi untuk box office tersebut.
Mengutip Variety, Minggu (31/7), sejak ditayangkan di bioskop pada Maret 2022, petualangan multiverse itu berhasil mencapai box office di tengah perjalanannya untuk menjadi film terlaris sepanjang masa dari A24.
Sejauh ini, Everything Everywhere All at Once telah menghasilkan USD 68,9 juta (Rp 1 triliun) di AS dan USD 31,1 juta (Rp 462 miliar) secara internasional, membuat pendapatan globalnya mecapai USD 100 juta (Rp 1,4 triliun).
Baca juga:

Sebelumnya, drama anxiety yang diperankan Adam Sandler, Uncut Gems, telah menjadi rilisan terbesar dari A24 dengan menghasilkan USD 50 juta (Rp 743 miliar) di Amerika Utara.
Sementara film horor dari A24, Hereditary, menjadi film dari perusahaan itu yang sebelumnya memegang gelar penghasil keuntungan terbesar secara global dengan USD 79 juta (Rp 1,1 triliun). Film populer lainnya dari A24 yang berhasil masuk box office adalah Lady Bird dan Moonlight.
Meski Everything Everywhere All at Once sudah tersedia di platform streaming, penjualan tiket bioskop masih terus meningkat. Sangat mungkin film yang dibintangi Michelle Yeoh tersebut akan mengalahkan pencapaian Hereditary.
Selama akhir pekan (29/7), A24 merilis ulang film tersebut di bioskop di seluruh AS dengan tambahan delapan menit durasi, serta pesan yang telah direkam sebelumnya dari para pembuat film itu. Film ini berhasil kembali membawa keuntungan sekitar USD 650 ribu (Rp 9,6 miliar) dari 1.490 lokasi selama periode tersebut.
Baca juga:
Disutradarai oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert, Everything Everywhere All at Once menampilkan Michelle Yeoh sebagai Evelyn Wang, pemilik tempat cuci pakaian yang sedang berjuang saat diaudit oleh kantor pajak.
Cerita berubah ketika dia menemukan dirinya harus terhubung dengan dirinya sendiri versi alam semesta paralel dan mencegah kehancuran dahsyat.
Dengan anggaran produksi USD 25 juta (Rp 371 miliar), Everything Everywhere All at Once tampaknya menjadi salah satu dari sedikit film indie yang menghasilkan keuntungan dari penayangan secara teatrikal di masa pandemi.
Film ini tergolong salah satu film yang mendapatkan manfaat dari platform rilisnya, artinya film tersebut awalnya dibuka di bioskop tertentu untuk membangun kesadaran dan meningkatkan promosi dari mulut ke mulut sebelum perlahan-lahan berkembang secara nasional. (kna)
Baca juga: