Jelajah Bumi Mulawarman

Erau, Upacara Kesultanan yang kini Mendunia

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 28 September 2018
Erau, Upacara Kesultanan yang kini Mendunia
Erau kini menjadi ajang internasional yang diakui dunia. (foto: Facebook EIFAF)

KALIMANTAN Timur punya kesultanan Kutai Kartanegara yang punya tradisi yang mengakar kuat. Salah satunya ialah budaya erau. Tradisi erau biasanya dilakukan setiap tahun dengan pusat kegiatan ada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Erau digelar pertama kali pada abad 12 Masehi sebagai upacara tijak tanah dan mandi ke tepi ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Nama tradisi erau sendiri berasal dari bahasa Kutai 'eroh' yang artinya ramai, riuh, ribut, dan suasana penuh sukacita. Suasana yang ramai itu tak hanya dalam artian sukacita, tapi juga sakral dan ritual.

EFIAF
Dulunya, erau merupakan upacara tradisi di lingkungan kesultanan. (foto: Facebook EFIAF)

Saat Aji Batara Agung Dewa Sakti diangkat menjadi raja pertama Kutai Kartanegara, tradisi erau digelar sebagai perayaan. Sejak saat itulah, erau digelar sebagai upacara penggantian atau penobatan para raja di Kutai Kartanegara. Selain itu, saat raja hendak memberikan gelar kepada tokoh atau pemuka agama, tradisi erau juga digelar.

EIAF
Kini, erau jadi ajang seni dan folklore internasional. (foto: Facebook EFIAF)

Di masa itu, erau diramaikan dengan kehadiran seluruh tokoh pemuka masyarakat yang menjadi abdi kerajaan. Tak hanya datang, mereka membawa bekal makanan, ternak, buah-buahan, hingga seniman dari daerah masing-masing. Sebagai bentuk penyambutan, sultan beserta semua kerabat keraton memberikan jamuan makanan kepada rakyat. Pelayanan diberikan pun sebaik-baiknya, karena itu merupakan ungkapan terima kasih sultan atas pengabdian rakyatnya.

Sempat terlupakan

EFIAF
Erau International Folklore and Art Festival menghadirkan festival kuliner. (foto: Facebook EFIAF)

Gelaran erau selama masa kesultanan menjadi pesta perjamuan akbar antara sultan dan rakyat. Itulah mengapa tradisi erau sesuai dengan tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara terakhir kali digelar saat pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat, pada 1965.

EFIAF
Meski beberapa tradisi upacara kesultanan yang tak boleh lagi digelar, acara ketangkasan masih bisa digelar. (foto: Facebook EFIAF)

Sejak saat itu, erau tak pernah lagi digelar. Beruntung, pada 1971, atas prakarsa bupati Kutai saat itu, erau kembali digelar sebagai peringatan ulang tahun Kota Tenggarong. Namun, pelaksanaannya tidak seperti tradisi awal. Sultan terakhir Kutai Kartanegara pun memberikan perkenan dan petunjuk dengan syarat tidak menggelar upacara tijak kepala dan pemberian gelar. Meskipun demikian, beberapa kegiatan, seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian, dan olahraga/ketangkasan, masih boleh digelar.


Menjelma jadi festival folklore dunia

EFIAF
Erau tetap ramai di masa kini. (foto: Facebook EFIAF)

Sejak pertama kali dibangkitkan pada 1971, tradisi erau dijadikan perayaan peringatan ulang tahun Kota Tenggarong yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuannya erau pun berubah menjadi pelestarian budaya oleh Pemda Kabupaten Kutai. Karena digelar sebagai peringatan hari jadi Kota Tenggarong, erau digelar setiap September. Namun, sejak 2010, pelaksanaan festival ini dimajukan menjadi pada Juli. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan musim liburan sehingga lebih banyak wisatawan yang datang.

Di tahun itulah, erau yang awalnya tradisi kesultanan menjelma menjadi perhelatan budaya internasional. Nama erau pun berubah menjadi Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF). Sebagai ajang internasional, erau kini dihadiri tak hanya oleh warga Tenggarong, tapi juga delegasi seni dari berbagai negara di dunia.

EFIAF
Berbagai budaya lokal dan internasional dihadirkan di EFIAF. (foto: Facebook EFIAF)

Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF) yang digelar setiap Juli menampilkan berbagai kebudayaan yang ada Kutai yang bersanding dengan seni folklore dari negara-negara lain. Semuanya ditampilkan dalam ajang pertunjukan seni, parade budaya, street festival, hingga festival kuliner. Selama 12 hari, delegasi, warga setempat, dan wisatawan akan tumpah ruah menikmati sajian berbagai seni budaya lokal dan internasional. Selain itu, pengunjung bisa mencicipi kuliner lezat Bumi Mulawarman.

Kini, lewat erau, nama Kutai Kartanegara mendunia.(dwi)

#Jelajah Bumi Mulawarman
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan