Enggak Melulu Penuh Tawa, Begini Suka Duka Panitia Pensi Sekolah

annehsannehs - Sabtu, 10 Juli 2021
Enggak Melulu Penuh Tawa, Begini Suka Duka Panitia Pensi Sekolah
Penampilan Kahitna pada gelaran PL Fair di Senayan. (Foto: Instagram @vincentiaputri)

MELIHAT adik baru lulus SMA membuatku teringat pada segelintir kenangan satu dekade lalu. Sedikit berbeda dengan situasi sekarang, kala itu kegiatan belajar mengajar masih dilakukan secara tatap muka, dan terpenting keluar sekolah meninggalkan banyak kenangan monumental.

Tidak melulu stres soal PR dan ulangan, melainkan pula saat-saat merancang pentas seni alias pensi di sekolah sebagai blessing in disguise. Ya, pensi memang dianggap keren, asyik, penuh kegembiraan, tapi di saat persiapannya penuh drama dan sering pontang-panting.

Pensi biasanya berisi acara lomba futsal, basket, dan modern dance, serta terpenting festival musik sebagai acara inti menampilkan guest star ternama memang bukan saja ajang siswa berkreasi, namun momen masing-masing sekolah unjuk pride.

Sekolah bisa beroleh cap keren bukan saja karena prestasi akademik atau non akademik, tapi juga karena pensinya sukses terselenggara secara masif dengan penampilan guest star sedang naik daun. Tak heran bila beberapa sekolah nama pensinya justru lebih terngiang di benak banyak orang ketimbang prestasi lainnya. Apalagi nama acara pensi sekolah tersebut melegenda. Sebut saja PL Fair (Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), Klassix (SMA 6), Labs Project (Labs School), dan masih banyak lagi.

Mirip dengan demokrasi, pensi memiliki asas pokok, 'dari pelajar, oleh pelajar, dan untuk pelajar'. Maka, menjadi bagian dari panitia pensi rasanya bak menjadi anggota DPR kala itu.

Panitia pensi pun biasanya 'seksi-seksi', alias terdiri dari berbagai divisi meliputi seksi dokumentasi, seksi publikasi, seksi dekorasi, seksi konsumsi, seksi stand, seksi keamanan, dan seksi-seksi lainnya. Semua seksi tersebut dipimpin ketua panitia. Biasanya, ada satu pembimbing merupakan guru sekolah untuk membantu mengawasi dan membimbing anak-anak demi kelancaran acara.

Acara pensi sukses pun tidak luput dari konflik. Pernah menjadi panitia pensi seksi dekorasi, rasanya kami selalu nginep di sekolah, apalagi pas H-3 acara. Aku si paling penakut dan pengecut ini pun diberikan job desc sangat amat sesuai dengan kepribadianku, aliasss mendekor rumah hantu. Mungkin, kebiasaanku selalu telat meeting dan jarang balas chat telah menimbun kepahitan bagi ketua panitia. Pembagian tugas pun dijadikan sarana balas dendam.

Mulai dari kunti-kuntian, jenglot, sampai tuyul-tuyulan, tim kami telah siap lahir batin dalam membuat setan sintetis dengan memanfaatkan media stereofoam, kardus, wig, dan cat. Tidak hanya itu, kami siap menghalalkan segala alat dan bahan demi mengkreasikan hantu-hantuan kearifan lokal agar bisa tampak seseram mungkin. Nginep di sekolah berhari-hari dan membuat setan-setanan sampai larut malam pun bukan menjadi kegiatan mengasyikkan. Apalagi, mata kami hanya tertuju pada iPad menampilkan gambar berbagai jenis setan untuk dijadikan bahan contekan saat berkarya. Meski begitu, saat hari pelaksanaan, aku pun tak menyangka bisa tersenyum lebar ketika melihat para tamu booth rumah hantu kami menangis ketakutan dan kesurupan.

View this post on Instagram

A post shared by Info Serang (@infoserang)

Tim dekorasi biasanya memang panik di hari-hari menjelang pensi. Di sisi lain, seksi sponsor sudah kebakaran jenglot jenggot duluan. Jika enggak pintar-pintar cari duit, perencanaan pensi kami selama ini akan sia-sia. Ah, seandainya Raisa dan Yura Yunita mau dibayar dengan daun untuk perform di pensi kami. Meski enggak mungkin, pasti akan seru.

Belum lagi bentrok dengan para alumni panitia yang biasanya berlagak seperti 'si palingggg tauuuuu' se-Indonesia. Mereka akan tag team dengan guru-guru rese idealis dan membenci konsep kekinian aliasss melarang modern dance dan lomba band karena kurang sesuai dengan warisan budaya lokal. Hmm. Namun, segala keputusan memang tetap di tangan panitia. Jika berhasil beradu argumentasi maka konsep tersebut tetap akan terlaksana.

Menjelang acara, biasanya ada beberapa hal tidak boleh luput dari perhatian panitia, termasuk cuaca ketika hari-H. Mau ramalan cuaca mengabarkan akan hujan atau tidak, panitia tetap menggunakan jasa pawang hujan. Mungkin bagi sebagian orang belum pernah jadi panitia penyelenggaran acara apa pun, akan mencibir kelakuan enggak masuk logika tersebut, tapi kenyataannya memang demikian.

Ada pula guru menganjurkan meminta bantuan 'orang pintar' demi kesuksesan dan keamanan rumah hantu biasa diselenggarakan. Sebagai anak-anak masih 'hijau', kami tentu tidak begitu familiar dan memahami urusan-urusan seputar 'mistis' seperti itu. Kelimpungan pun lagi-lagi terjadi di tengah-tengah rapat panitia.

Ketika hari-H, tiap panitia diberikan satu Handy Talky (HT) untuk berkomunikasi. Sebagai anak muda masih gampang ke-trigger, apalagi saat sedang hectic, kami pun sering banget bertengkar di HT. Ngeliat adik kelas sok asyik dikit pas ngobrol di HT, rasanya sebagai kakak kelas tuh wajib ngomel-ngomel. "Jangan ngobrol di HT dong, emang lu kira enggak ngeganggu apa!!!!".

Mungkin kenangan tak terlupakan saat jadi panitia pensi tidak bisa dirasakan anak sekarang karena masih menjalani sekolah jarak jauh dari rumah masing-masing lantaran pandemi COVID-19. Bila setelah pandemi kamu masih sekolah dan berkesempatan membuat pensi, sebaiknya bergabung jadi panitia atau kalau berani jadi ketua panitia pensi sekolah. Rasakan sendiri adrenalinnya.

Para alumni sekolah tatap muka, apa kenangan pensi paling kamu ingat? (SHN)

Baca juga:

Kim Jong-un Larang Warganya Pakai Skinny dan Ripped Jeans

#Juli Ngilmu Di Negeri Aing #Musik
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Bagikan