Enggak Usah Malu Minta Maaf Duluan Meski Lebih Tua

annehsannehs - Jumat, 07 Mei 2021
Enggak Usah Malu Minta Maaf Duluan Meski Lebih Tua
Dosen. (Foto- edunews)

INGAT Pak Taka di situasi komedi Office Boy? Ya, seorang atasan sangat disiplin. Orangnya kaku. Nada suaranya selalu tinggi. Sering kasih perintah tegas. Tak jarang juga kasih hukuman ke bawahannya. Namun, paling ramah dan baik dengan Shasha, sekretarisnya.

Meski tegas dan disiplin, Pak Taka tak sungkan minta maaf kepada bawahannya ketika terjadi kesahalan. Hal tersebut jarang berlaku di dunia nyata apalagi pemilik hierarki lebih tinggi akan sungkan apalagi gengsi bila meminta maaf kepada hierarki lebih rendah, meliputi usia, jabatan, maupun pengalaman.

Fenomena ini pun masih terus berlaku di Indonesia. Biasanya, mereka leih senior, lebih tua, atau lebih 'berkuasa' akan merasa malu, segan atau gengsi untuk meminta maaf duluan, apalagi kepada junior mereka.

Bagi orang Muslim, Bulan Suci Ramadan bisa dimaknai sebagai perayaan untuk mempererat rasa kekeluargaan dan memperbaiki tali silaturahmi lewat bermaaf-maafan. Maka, tidak ada salahnya bagi kamu berada di hierarki lebih atas untuk memutus rantai kebiasaan tersebut dan mulai berani untuk minta maaf duluan kepada junior, lebih muda, bahkan jabatan lebih rendah.

Tidak harus secara lisan, kamu pun bisa mengekspresikan permintaan maaf melalui beberapa aksi dan perilaku. Berikut merupakan beberapa contoh hubungan dan cara maaf-maafan dari senior ke junior patut dilakukan.

Baca juga:

Baterai Ponsel Pintar Masa Depan Bisa Awet 5 Tahun

1. Orangtua ke anak

Anak juga butuh dihargai. (Foto: Pixabay/MabelAmber)
Anak juga butuh dihargai. (Foto: Pixabay/MabelAmber)

Anak memang biang salah karena masih berkembang dan butuh banyak pengalaman. Wajar banget apalagi anak 'baru gede'. Rasa keingintahuannya besar, rasa ingin berontak, dan rasa "ke-soktahu-an" seringkali menjadi ciri khas anak muda dan hal tersebut menjadi sumber konflik dengan orangtua.

Meski begitu, bukan berarti orangtua tidak memiliki kesalahan terhadap anak-anak mereka. Terkadang, ada beberapa gaya bicara, intonasi, dan pemilihan kata orangtua berpotensi menyakiti anak-anak mereka ketika sedang memberikan petuah.

Di bulan Ramadan ini, tidak ada salahnya jika orangtua berinisiatif untuk meminta maaf duluan kepada anak mereka apabila ada kata keliru atau malah menyakiti hatinya. Terlepas dari status dan usia, bulan suci Ramadan diharapkan mampu menumbuhkan rasa kedewasaan dan jiwa besar bagi siapa saja tak terkecuali orang tua untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf di hadapan anak. Yuk bisa Bund!

2. Dosen ke mahasiswa

Dosen.  (Foto- edunews)
Dosen. (Foto- edunews)

Di perguruan tinggi, hierarki pemilik pengetahuan dengan pengunduh pengetahuan terkadang masih terasa gap jauh. Selain komunikasi menjadi kaku dan baku, terkadang dialektika jadi macet karena murid atau mahasiswa merasa takut mengeluarkan pendapat. Padahal dosen belum tentu benar di dalam argumentasi, bahkan ia juga bisa melakukan kesalahan kepada mahasiswa.

Misal, dari mulai salah jadwal kuliah sampai mengomel di luar subtansi perkuliahan. Nah, sebagai sesama manusia sebaiknya tiap kesalahan selalu secepat mungkin disusul dengan permintaan maaf. Gengsi? Ya ampun, minta maaf enggak membuat seseorang rendah. Serius deh.

Di Bulan Suci Ramadan, menjadi momentum para guru dan dosen meminta maaf atas segala kesalahan terhadap para mahasiswanya, dan jadi ajang terbaik membuka komunikasi luas di luar jam kuliah, agar hubungan dosen-mahasiswa tak lagi kaku dan terkungkung sekat.

3. Cewek ke cowok

Cewek dianggap sering ngambek dan selalu. (Foto Memes Monkey)
Cewek dianggap sering ngambek dan selalu. (Foto Memes Monkey)

Terlepas dari faktor usia, ada juga guyonan di Indonesia berkaitan dengan gender, "Cewek enggak pernah salah". Rasanya, stigma ini menganggap cewek selalu benar dan berhak untuk mengambek sedangkan cowok selalu salah sehingga harus segera meminta maaf.

Dalam rangka merayakan bulan suci Ramadan, tidak ada salahnya jika kita mulai membiasakan diri untuk bersikap dewasa. Baik laki-laki atau perempuan, setiap manusia harus meminta maaf jika melakukan kesalahan dan siap bertanggungjawab atas perbuatannya.

Meminta maaf, menurut BW. Darby dan BR Schlenker dalam "Childern Reactions to Apologies", Journal of Personality and Social Psychology (1982), sangat efektif mengatasi konflik interpersonal, karena permintaan maaf merupakan sebuah pernyataan tanggung jawab tidak bersyarat atas kesalahan dan sebuah komitmen untuk memperbaikinya.

Sobat MerahPutih, sudahkah kamu meminta maaf kepada juniormu, bawahanmu, bahkan anakmu hari ini? (SHN)

Baca juga:

Baterai Ponsel Pintar Masa Depan Bisa Awet 5 Tahun

#Mei Negeri Aing Maaf-maafan
Bagikan
Ditulis Oleh

annehs

Bagikan