MerahPutih.com- Pemerintah berjanji mendorong konsumsi dalam rangka mencegah potensi terjadinya resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang jatuh, salah satu faktornya adalah serapan anggaran negara yang tidak optimal.
"Konsumsi pemerintah masih anjlok jadi kita dorong konsumsi pemerintah agar bisa lebih tinggi sehingga tidak terjadi resesi,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir.
Ia menegaskan, di antara berbagai faktor yang menyebabkan ekonomi nasional turun salah satunya yaitu konsumsi pemerintah yang tidak maksimal sehingga terkontraksi 6,9 persen di kuartal II-2020.
Baca Juga:
HUT RI, Pasar Digital UMKM Bakal Diluncurkan
Hal tersebut, kata ia, ditegaskan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan konsumsi pemerintah terkontraksi karena realisasi belanja barang dan jasa serta pegawai turun seiring adanya penundaan kegiatan K/L. BPS juga mencatat penurunan konsumsi pemerintah turun diakibatkan oleh adanya perubahan kebijakan pemberian THR yang tidak melibatkan pejabat negara serta eselon 1 dan 2.
Iskandar pun memastikan pemerintah akan menyeimbangkan antara bidang kesehatan dan ekonomi. Pemerintah tidak bisa menjadikan bidang kesehatan sebagai prioritas satu-satunya karena jika ekonomi hancur maka terjadi kelaparan, PHK, hingga kegaduhan sosial yang dahsyat di masyarakat.
“Kita bermain rem dan gas. Ini perlu diseimbangkan kesehatan dan kesejahteraan sehingga pemerintah mendorong keduanya dengan menganggarkan kesehatan dan menjaga ekonomi tetap tumbuh,” ungkapnya.

Saat ini, lanjut ia, sudah terdapat indikator yang mengalami perbaikan seperti PMI manufaktur meski harus tetap diwaspadai adanya potensi pandemi COVID-19 gelombang kedua.
“Sekarang leading indicator mulai membaik salah satunya adalah PMI manufaktur tapi COVID-19 ini belum berakhir. Kalau ada second wave ekonomi pasti akan turun lagi,” katanya seperti dilansir kantor berita Antara.
Baca Juga:
OJK Bakal Perpanjang Program Penundaan Bayar Kredit Multifinace