MerahPutih.com - Setelah dihantam pandemi COVID-19, ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT), pulih dengan cepat dibandingkan negara-negara lainnya. Pemulihan ekonomi ini didorong oleh permintaan di dalam dan luar negeri serta stimulus kebijakan pemerintah China.
Biro Statistik Tiongkok mencatatkan pertumbuhan 6,5 persen secara tahun ke tahun (yoy) produk domestik bruto (PDB) dari perkiraan 6,1 persen. Dengan PDB yang tumbuh 2,3 persen pada 2020, menjadikan China satu-satunya negara di dunia yang menghindari kontraksi tahun lalu.
Baca Juga:
Tiongkok Hentikan Sementara Pengiriman Vaksin COVID-19 ke Luar Negeri
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu, pulih dengan cepat dan kuat dari kelumpuhan yang dipicu oleh virus corona. Padahal, banyak negara masih harus berjuang menahan resesi dan penyebaran virus yang kian masif dengan varian baru.
"China satu-satunya ekonomi utama yang mengalami pertumbuhan tahun lalu, tetapi masih merupakan laju terlemah negara itu dalam lebih dari empat dekade," ujar para analis seperti dikutip Antara dari Reuters.
Langkah penahanan virus yang ketat dan bantuan darurat untuk bisnis, membuat Tiongkok cepat pulih dengan cepat baik secara ekonomi maupun penyebaran wabah yang berubah menjadi epidemi besar-besaran melanda dunia.
Tiga bulan pertama ekonomi China anjlok sebesar 6,8 persen. Lalu secara kuartal di 2020, pertumbuhan dipercepat menjadi 3,2 persen pada Oktober-Desember dari 2,7 persen pada kuartal sebelumnya.
Data pada Kamis (14/1) ekspor China tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada Desember. Tiongkok juga membeli minyak mentah, tembaga, bijih besi, dan batu bara dalam volume rekor pada 2020.
Analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan pulih menjadi 8,4 persen pada 2021, sebelum melambat menjadi 5,5 persen pada 2022. Tingkat pertumbuhan tahun ini akan menjadi yang terkuat dalam satu dekade walaupun dianggap kurang mengesankan karena berasal dari basis rendah yang ditetapkan pada 2020 saat dihantam pandemi.
Aktivitas dan konsumsi menjelang liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Para pemimpin Tiongkopun, berjanji mempertahankan dukungan kebijakan untuk ekonomi tahun ini dan menghindari perubahan kebijakan yang tiba-tiba.
Bank Sentral China telah meluncurkan serangkaian tindakan sejak awal 2020 untuk mendukung ekonomi yang terpukul virus, di samping dukungan yang ditargetkan untuk perusahaan kecil dan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur.
Dalam perdaganan bursa, harga saham di dua bursa China ditutup lebih tinggi pada hari Senin (18/1), dengan indeks acuan di bursa Shanghai (Shanghai Composite Index) naik 0,84 persen menjadi 3.596,22 poin. Sementara itu di bursa Shenzen, Indeks Komponen Shenzhen ditutup 1,58 persen lebih tinggi menjadi 15.269,27 poin.
Baca Juga:
Sederet Produsen Ponsel asal Tiongkok Gotong-Royong Lawan Virus Corona