Kesehatan Mental
Efek Terlalu Sering Melakukan 'Self Diagnose' via Internet
SEJUMLAH orang mungkin pernah merasa pusing atau tidak enak badan, kemudian memutuskan untuk mencari tahu gejala penyakit yang dialami via internet.
Seperti halnya ada beragam jawaban di Google, namun kamu mempercayai bahwa itu kanker. Setelah googling, kamu merasa yakin sedang menderita kanker. Padahal kamu belum pernah memeriksakan penyakitmu ke dokter sama sekali.
Baca Juga:
Apabila kamu pernah melakukan hal seperti itu, berarti kamu sudah melakukan self-diagnose. Sedikit informasi, self-diagnose merupakan istilah yang digunakan, ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialaminya, berdasarkan pencarian informasi secara mandiri.
Selain itu, self-diagnose pun banyak dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental. Hal itu dipaparkan oleh Psikolog tim konselor aplikasi konseling Riliv, Yunia Maharani, M.Psi.
"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," jelas Prita, pada siaran pers yang diterima merahputih.com
Lebih lanjut Prita menjelaskan, bahwa sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak melulu salah. Tapi kamu jangan lupa selalu cross-check.
"Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," tambahnya.
Menurut Prita, self-diagnose terkait kesehatan mental memang memiliki beberapa bahaya yang mungkin tidak disadari. Bahaya yang pertama yakni self-diagnose hanya membuat kamu panik.
Manusia memiliki naluri untuk cendrung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Karena itu, kamu akan lebih mudah mengasumsikan hal-hal buruk saat melakukan self-diagnose.
Hingga akhirnya self-diagnose hanya akan membuatmu mengalami kepanikan yang tak seharusnya terjadi. Bila kamu lebih memilih konsultasi ke psikolog, kamu tak akan merasa panik.
Karena, psikolog profesional dapat menjelaskan kondisimu dengan baik, tanpa menimbulkan kepanikan serta kecemasan.
Baca Juga:
Bahaya yang kedua, self-diagnose bisa membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan. Gejala penyakit atau gangguan kesehatna mental belum tentu benar, bia saja kamu sedang mengalami anxiety disorder tapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa juga bukan keduanya.
Ketika kamu melakukan self-diagnose, kamu tidak tahu sebenarnya apa penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang kamu alami.
Kamu hanya mengira-ngira hal yang belum tentu kebenarannya. Hal itu bisa menjadi masalah, karena kamu tidak bisa mendapat penanganan yang tepat.
Bahaya yang ketiga dari self-diagnose, yakni dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi akibat kamu terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang tengah kamu alami, atau mendapat pengobatan yang salah.
Setiap masalah kesehatan mental ada penanganan tersendiri. Baik dengan terapi, atau dengan obat-obatan tertentu. Adapun kelemahan dari self-diagnose yakni kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Karena bisa jadi kamu salah langkah dan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif.
Karena itu, berhentilah untuk terlalu sering melakukan self-diagnose. Sebaiknya kamu pergi ke ahlinya apabila kamu merasakan sebuah gejala penyakit tertentu. (Ryn)
Baca Juga: