Merahputih.com - Komisi C DPRD DKI Jakarta menilai anggaran Pemprov DKI sebesar Rp54 miliar untuk penanganan virus corona masih kurang. Pemprov DKI disarankan menambahkan dana pencegahan virus corona dari Biaya Tak Terduga (BTT) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2020.
"Anggaran Rp 54 miliar itu baiknya ditambah kembali diambil dari BTT mengingat jumlah penduduk Jakarta yang mencapai kurang lebih 10 juta yang membutuhkan tindakan preventif," Ketua Komisi C, Habib Muhammad bin Salim Alatas saat dikonfirmasi, Rabu (11/3).
Baca Juga:
Ratusan Warga Tiongkok Dijemput dari Iran, 11 Positif Virus Corona
Penambahan anggaran itu tak hanya disalurkan untuk pembelian beberapa alat kesehatan di RSUD Pasar Minggu, Cengkareng, dan alat pelindung diri. Tapi juga dialokasikan untuk kegiatan penyuluhan dan sosialisasi ke masyarakat mengenai virus corona.
"Dana penambahan untuk antisipatif dan perawatan bagi pasien suspect di RS-RS di Jakarta, disamping sosialisasi langsung ke masyarakat juga membutuhkan anggaran yang cukup besar," tuturnya.
Anggota Komisi C DPRD DKI, S. Andyka setuju bila Pemprov DKI mengalokasikan kembali dana untuk pencegahan virus corona dari Biaya Tak Terduga (BTT).

Pemprov DKI bukan hanya melakukan penanganan Orang Dalam Dengawasan (ODP) dan Pasien Dalam Pemantauan (PDP) virus yang berasal dari kota Wuhan, China itu di 2 RSUD yang menjadi rumah sakit rujukan.
Tapi, Anies dan jajaranya harus preventif dalam pencegahan agar wabah corona tak meluas ke masyarakat. Dengan begitu dirinya mendorong Pemda DKI untuk pengadaan seperti cairan antiseptic yang disediakan di ruang umum untuk masyarakat dan di lingkungan sekolah.
"Pengadaan cairan antiseptic, sabun, dan sebagainya di sekolah yang jumlahnya ribuan ini, agar siswanya bisa menjaga kebersihan. Lalu apakah air bersih di sekolah memadai untuk cuci tangan?," papar dia.
Baca Juga:
Sebab menurut dia, virus corona itu sangat cepat menular ke orang lain. "Meskipun penyakit DBD, Hepatitis dan Tuberkulosis lebih parah, tapi kan khusus penyakit ini (corona) cepat menular, apalagi ruang-ruang interaktif masyarakat di Jakarta sangat terbuka," tutup dia. (Asp)