MerahPutih.com - Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta Kementerian Pertanian menunjukkan basis riset terkait inovasi kalung anticorona yang dipublikasikan.
"Kementan harus berhati-hati dan mendasarkan pada riset yang jelas, sebelum mengeluarkan inovasi untuk publik," kata anggota Komisi IX DPR Muchamad Nabil Haroen kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/7).
Baca Juga:
Ia menyatakan, Kementan jangan hanya ingin kelihatan berinovasi, tetapi harus jelas basis risetnya karena akan menimbulkan pro-kontra dan dikritik beberapa ilmuwan atau periset dari kampus-kampus internasional.
"Saya mengapresiasi usaha dan inovasi Kementan, tapi sebaiknya harus berbasis riset yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Selain itu, anggota Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan Saleh Partaonan Daulay meminta Kementerian Pertanian melakukan penelitian lanjutan atau uji klinis terkait dengan kalung antivirus corona yang hendak diproduksi.
Hingga sejauh ini, kalung anti-COVID-19 tersebut disinyalir belum dapat dipastikan keampuhannya. Menurut Saleh, ada banyak peneliti dan lembaga penelitian yang masih meragukan temuan tersebut.
“Menurut saya, temuan itu masih perlu didalami lagi. Kementan harus melibatkan lembaga riset lain. Orang-orang belum yakin atas temuan itu. Jika banyak yang belum yakin, tentu belum tepat jika diproduksi massal," ujar Saleh.

Kalung tersebut dikatakan terbuat dari bahan eucalyptus yang mampu membunuh virus. Virus corona yang dimaksud bukan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Karena itu, menurut Saleh, temuan ini belum bisa diklaim sebagai antivirus COVID-19.
“Saya sudah melihat dua contoh produknya. Saya diberi oleh teman. Bentuknya roll on dan balsem. Saya sudah coba dua-duanya. Modelnya seperti obat gosok. Kalau digosokkan ke leher atau kulit, rasanya sedikit panas. Baunya seperti minyak kayu putih," jelas Pelaksana Harian ketua fraksi PAN DPR itu.
“Setelah mencobanya, saya tidak tahu apakah itu efektif sebagai antivirus corona atau tidak. Yang saya tahu, banyak peneliti yang masih meragukan. Merekalah yang paling bisa memberikan justifikasi terhadap temuan-temuan seperti ini," sambung Saleh.
Jika benar kementan berhasil menemukan antivirus corona, kata Saleh, tentu ini merupakan satu temuan besar. Sebab diketahui, banyak negara yang sampai hari ini masih berusaha mempelajari dan mencari vaksin, obat, ataupun antivirus COVID-19.
Jika para peneliti telah mengakui, dikatakan Saleh, Indonesia bisa berkontribusi dalam pemutusan mata rantai penyebaran virus corona secara global.
“Kalau benar, ini bisa menjadi temuan besar. Sebaliknya jika tidak benar, takutnya nanti kita diolok-olok orang. Makanya, sekali lagi, sebelum produksi massal, pastikan dan uji kembali. Libatkan sebanyak mungkin para ahli. Terutama mereka yang nyata-nyata masih meragukan," kata legislator Sumatera Utara itu.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian membeberkan sejumlah keunggulan antivirus berbahan tanaman eucalyptus untuk menepis banyaknya keraguan di masyarakat terhadap produk inovasi lembaga tersebut.
Kepala Balitbangtan Fadjri Djufry menjelaskan, pemerintah melalui kementerian dan lembaga (K/L) terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (COVID-19) yang masih mewabah di Indonesia.
"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, secara laboratorium, secara ilmiah kita bisa buktikan," katanya di Jakarta.
Pengembangan antivirus dari eucalyptus, kata dia, jadi upaya Balitbangtan untuk mendukung penanganan pandemi virus corona di tanah air. Apalagi, minyak eucalyptus memang sudah turun temurun digunakan dan sampai sekarang tidak ada masalah.
Baca Juga:
Fadjry juga menyatakan, inovasi antivirus berbasis eucalyptus telah mendapatkan hak patennya. PT Eagle Indo Pharma ditunjuk untuk pengembangan dan produksi.
Untuk diketahui, eucalyptus mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut.
Selain itu, minyak atsiri Eucalyptus citridora dapat menginaktivasi virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus sehingga mempunyai kemampuan antivirus berdasarkan uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan.
"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona model yang digunakan. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus," kata Fadjry. (Knu)
Baca Juga: