Djakarta International Theater Platform 2023 Angkat Tema 'Crossing Zones'

Komite Teater DKJ kembali gelar festival internasional teater. (Foto: Dok. DKJ)
JAKARTA tak hanya ibukota negara, tapi juga etalase untuk seni pertunjukan dan tempat pertemuan antara seniman teater dan internasional. Untuk merealisasikan peran tersebut, Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menggelar program Djakarta International Theater Platform (DITP) 2023.
Didukung oleh Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (UP PKJ TIM) dan Jakarta Propertindo (Jakpro), tahun ini Komite Teater mengusung tema “Crossing Zones”. Program ini akan diselenggarakan secara luring serentang 13-20 Agustus 2023 di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.
Baca juga:
Sayembara Menulis Kritik Film dari Dewan Kesenian Jakarta 2023 Resmi Dibuka
Lihat postingan ini di Instagram
Program tersebut diharapkan menghasilkan kolaborasi dalam proses penciptaan karya melalui Studio Kolaborasi, pementasan capaian karya artistik panggung yang segar melalui pendekatan lintas media, lintas disiplin dan kerja penelitian arsip serta pertukaran gagasan melalui diskusi dan lokakarya.
Dalam DITP 2023 ini, kita dapat menyaksikan sajian pertunjukan, sebagai berikut:
1. “Medea and Its Double” oleh Seoul Factory for The Performing Arts (Korea Selatan)
Pertunjukan ini merupakan sebuah interpretasi atas lakon tragedi Yunani Kuno Medea karya Euripides. Sutradara Hyoung-Taek Limb memecah tokoh Medea menjadi dua sosok yang diperankan oleh dua aktris, yang menggambarkan dua sisi Medea dalam waktu bersamaan; saling menatap; terkejut dengan apa yang mereka lihat satu sama lain.
2. “Monster Ikan” oleh Studio Collaboration 1.0 (Indonesia, Japan, Malaysia, & Thailand)
Pertunjukan ini merupakan kolaborasi antara beberapa seniman teater Jakarta yang rata-rata berusia muda dengan seniman teater dari Jepang, Malaysia, dan Thailand.
Secara tematik, pertunjukan ini menampilkan jejaring isu yang bermula dari persoalan perairan dan lautan yang melahirkan kaitan dengan topik utopia-distopia, mitos kota, hingga isu ibu kota Nusantara.
3. “Beras Dhumpah” oleh Language Theatre (Madura)
Sutradara Sangat Mahendra dalam karya ini terus berjalan antara masa lalu dan masa kini, memecahkan batas melalui kata. Ada kata 'beras' dan 'dhumpah' yang diambil dari dialek Madura yang berarti 'tumpah'. Pertunjukan ini menelusuri kemungkinan dua kata itu dalam tradisi lokal, khususnya tradisi Madura.
Baca juga:
Dewan Kesenian Jakarta Hentikan Kegiatan Ruang Seni di PKJ TIM
View this post on Instagram
4. “Satu Sekoci dengan yang Kubenci” oleh Irwan Ahmett (Jakarta)
Samudra tidak lagi terbaca sebagai suatu badan air belaka, tapi juga mengandung riwayat manusia, alam, peradaban, dan pelayaran.
Ziarah air telah dilakukan Irwan Ahmett (Iwang) sejak 2018, berjalan kaki melewati berbagai badan air. Ia berupaya membebaskan jiwanya dan menemui berbagai peristiwa sosial sepanjang perjalanan. Ia membebaskan resonansi air yang menggetarkan tubuh.
5. “Waktu Batu Rumah yang Terbakar” oleh Garasi Performance Institute (Yogyakarta)
Garasi Performance Institute terus melacak kemungkinan tafsir lain dan perspektif ruang yang berbeda dari mitos waktu batu.
Dengan menghadirkan teknologi visual dan ketubuhan, mereka menyebutnya sebagai karya pertunjukan silang media (teater x video game x sinematografi) yang bersifat kolaboratif. Pertunjukan ini melakukan pembacaan kritis terhadap masa transisi mitologi Jawa tersebut menuju masa kini.
6. “New Illusion” oleh chelfitsch (Jepang)
Pengaburan batas yang didorong artistik panggung menjadi semakin kuat dengan kehadiran teknologi komunikasi. Dorongan artistik melalui teknologi ditawarkan oleh Toshiki Okada dan kelompok chelfitsch dalam karya "New Illusion".
Cara pandang artistik ini mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yang tidak di panggung seni pertunjukan bernama EIZO-Theater, yang menggunakan teknik video mapping dan proyeksi menciptakan ilusi dinamis yang berinteraksi dengan para pemain.
Keterlibatan banyak pihak dalam suatu proyek seni dapat memantik kreativitas serta menghasilkan banyak pihak dalam suatu proyek seni dapat memantik kreativitas serta menghasilkan lebih banyak ide dibanding apabila hanya melibatkan satu keahlian seni saja. (far)
Baca juga:
DKJ Umumkan Para Pemenang Sayembara Novel dan Manuskrip Puisi 2023
Bagikan
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Menilik Pertunjukan Musikal Petualangan Sherina 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta

Indonesia Kaya Tampil dengan Wajah Baru, Siap Jadi Platform Pioner Lestarikan Seni Pertunjukan Tanah Air yang Lebih Progresif dan Relevan

Panggung Musikal 'Keluarga Cemara' Siap Dipentaskan Kembali
Mengintip Rehearsal Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara di Ciputra Artpreneur

Bersama Fadli Zon, Megawati Hadiri Pertunjukan Teater Seni Musik Imam Al-Bukhari-Sukarno di GKJ
