MerahPutih.com - Setelah hampir dua pekan meningkatkan eskalasi konflik bersenjata, Pejuang Hamas dan Israel memulai gencatan sejata yang dimedioatori Mesir. Gencatan senjata mulai 02:00 waktu setempat.
Namun, masing-masing pihak mengaku siap membalas pelanggaran gencatan senjata apa pun oleh pihak lawan. Kairo akan mengutus dua delegasi guna memantau gencatan senjata.
Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza, merencanakan perayaan publik atas apa yang disebutnya sebagai kemenangan atas musuh yang lebih kuat secara militer dan ekonomi.
Baca Juga:
Moeldoko Tegaskan Sikap Indonesia ke Palestina Tidak Berubah
"Bagus bahwa konflik akan berakhir, namun sayangnya saya merasa kita tidak punya banyak waktu sebelum eskalasi berikutnya," kata Seorang insinyur berusia 30 tahun Eiv Izyaev, di Tel Aviv dikutip Antara, Jumat (21/5).
Sejak pertempuran berlangsung pada 10 Mei, pejabat kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas dan lebih dari 1.900 orang terluka akibat bombardir udara. Israel mengaku telah menewaskan setidaknya 160 petempur di Gaza.
Otoritas menyebutkan jumlah korban tewas di Israel sebanyak 12 orang, dengan ratusan orang dirawat karena cedera akibat serangan roket yang menyebabkan kepanikan dan membuat warga mengungsi.
Kekerasan bermula dari kemarahan rakyat Palestina atas apa yang mereka serang lantaran Israel mengekang hak-hak mereka di Yerusalem, termasuk selama bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa di Masjid Al-Aqsa.
Hamas sebelumnya menuntut agar setiap penghentian pertempuran di Gaza dibarengi dengan penarikan mundur pasukan Israel di Yerusalem. Pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada syarat seperti itu dalam gencatan senjata.

Presiden AS Joe Biden berjanji akan menyelamatkan kehancuran akibat pertempuran terparah dalam beberapa tahun dengan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Biden telah mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mengupayakan deeskalasi, sementara Mesir, Qatar dan PBB berupaya untuk melakukan mediasi serta menegaskan, Washington akan bekerja sama dengan PBB untuk memberikan bantuan cepat kemanusiaan untuk Gaza.
Bantuan akan dikoordinasikan dengan Otoritas Palestina (PA) yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas karena Hamas dianggap sebagai kelompok teroris oleh Barat dan Israel. (*)
Baca Juga:
Jurnalis di Tanah Air Bersatu Dukung Konflik Palestina dengan Israel Berakhir