Dilema Jajan Sembarangan 'Nikmat' Saat Ngilmu di Negeri Aing

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 20 Juli 2021
Dilema Jajan Sembarangan 'Nikmat' Saat Ngilmu di Negeri Aing
Dibalik kenikmatan Jajanan SD, ada beberapa hal yang harus diperhatikan (Foto: instagram @nonaculinary)

SIANG hari ketika bel jam pulang sekolah berbunyi, biasanya tukang jajanan sudah berjajar di depan pintu gerbang sekolah. Dari mulai jajanan dengan rasa lebih mengarah pada gurih, hingga manis.

Dari sisi jajanan gurih, ada kenikmatan telor gulung dengan tekstur lembut serta guyuran saus sambal, mi sakura lezat dengan porsi pas, cilor alias aci telur pedas gurihnya bikin melek, chicken kriuk dan gurihnya bikin nagih meski dagingnya sedikit, cimol kentang sang camilan mengenyangkan, telur puyuh goreng padahal bisa dimasak sneidri di rumah, otak-otak goreng, hingga lidi-lidian bisa banget disantap sambil gibahan.

Baca Juga:

Persami, Gerbang Kemandirian Siswa SD Saat Ngilmu di Negeri Aing

Sementara dari sisi kuliner manis, ada gulali rambut nenek dengan tekstur unik dan rasa manis menggoda, kue leker krenyes dengan manisnya tak bisa terlupakan, kue ape nikmat dengan kombinasi tekstur kriuk serta lembut menggoda, kue cubit laba-laba dengan toping mesis coklat nikmat, hingga es goyang dengan paduan kacang hijau dan cocolan coklat menyegarkan.

Lezatnya jajanan SD tentu membuat kerinduan mendalam akan masa sekolah sebelum pandemi COVID-19 menyerang Tanah Air. Para siswa bisa dengan bebas lepas menyantap jajanan dengan napas lega tanpa masker, dan bercanda akrab bersama teman-teman tanpa harus menjaga jarak.

Di masa pandemi dan sekolah diwajibkan online, Jajanan SD cukup sulit dicari (foto: instagram @batavia_corner)

Namun, siapa bisa melawan takdir? Di saat seperti ini, saling jaga dan saling mengingatkan merupakan hal terpenting. Seperti halnya menerapkan protokol kesehatan ketat, dan melakukan vaksinasi. Sebab, upaya tersebut bisa membantu Indonesia meredam lonjakan kasus harian COVID-19. Tentu agar jajanan SD kembali hadir, dimakan di tempat tanpa waswas, sambil ngobrol maupun becanda.

Siapa bisa menolak jajanan SD dengan beragam jenis. Meski sudah lulus tahunan, bahkan belasan tahun, terkadang rasa kangen ingin mengudap jajanan SD selalu muncul. Jika sudah begitu, mau enggak mau bagung ahak pagi agar bisa bertemu penjaja jajan SD.

Namun, di balik lezatnya jajanan SD, seruan jangan jajan sembarangan dari orang tua mungkin terngiang-ngiang bagi banyak orang. Meski begitu, enggak semua anak menuruti.

"Aku sering dibilangin sama mamah papah jangan jajan sembarangan katanya nanti sakit perut, tapi gimana abis kan jajanan enak-enak, yaudah aku beli aja pake uang jajan aku," jelas Tika, siswi SMP di Tangerang, kepada Merahputih.com.

Tika sedari SD gemar mengonsumsi jajanan SD karena rasanya enak meski orangtuanya berkali-kali mengingatkan agar jangan jajan sembarangan.

"Waktu SD sih aku kan orangnya ngeyel, jadi susah buat dibilangin, abis soalnya kan pulang sekolah biasanya lapar, jadi enaknya kan beli jajanan terus makan jajanannya deh di mobil jemputan," tambahnya.

Mungkin Tika merupakan salah satu dari banyak siswa SD sering jajan sembarangan di luar sekolah, terbukti dengan selalu ramainya pada pedagang di depan gerbang sekolah, saat jam istirahat maupun jam pulang sekolah.

Banyak jajanan SD yang kenikmatannya tidak lekang oleh waktu (Foto: instagram @ngenyooh_snack)

Baca Juga:

Menimbang Kebaikan Versus Keburukan Kolekan Saat Ngilmu di Negeri Aing

Sementara itu dari sisi orang tua murid, ada Lovie, seorang Ibu dua anak mengisahkan keluh kesahnya memperingatkan anak-anaknya untuk tidak jajan sembarangan.

"Mengingatkan anak buat enggak jajan sembarangan itu gampang-gampang susah sih. Kadang kalau kita larang terus mereka nangis, saya enggak tega juga," tutur Lovie.

Meski kerap tidak didengar sang anak, Lovie tetap gigih untuk terus mengingatkan sang buah hati. Ia pernah punya pengalaman kurang mengenakan ketika sang anak jajan sembarangan.

"Pernah waktu itu anak aku minum es, mungkin gulanya bukan asli kali. Soalnya anak aku batuk-batuk sampai rumah abis minum itu. Makannya aku agak sedikit tegas kalau soal urusan makanan dan minuman dikonsumsi anak," tambahnya.

Meski begitu, Lovie tidak melarang sepenuhnya sang anak untuk jajan di luar sekolah. Ia mengaku memiliki tips tersendiri agar sang anak tetap bisa menikmati masa kecil, tapi kesehatannya tetap terjaga.

"Tips dari aku sih, sebaiknya tanya dulu ke abang jualannya soal bahan dipakai itu apa, terus liat cara masaknya gimana, gerobaknya bersih enggak. Soalnya kalau kita larang banget, anak kasian juga, kan anak kecil kesenangannya jajan sama main," ungkap Lovie.

Cermatlah dalam memilih jajanan SD, perhatikan kebersihan dan bahan yang digunakan (Foto: instagram @separuhakulemak)

Dari segi kesehatan, jajanan di sekolah kerap diragukan kebersihan serta keamanannya. Hal itu paling dikhawatirkan para orang tua terhadap jajanan di luar sekolah tentu cara penyajian dan bahan digunakan kurang higienis.

Di balik rasa manis, warna cerah, dan harga relatif murah, ada bahaya mengintai bila para oknum pedagang menggunakan bahan-bahan berbahaya pada dagangannya.

Seperti halnya makanan dan minuman mengandung pewarna buatan serta bahan pengawet, seharusnya tidak boleh dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa.

Dikutip dari laman Alodokter, bila terus-menerus dikonsumsi dalam jangka panjang, kandungan zat berbahaya itu bisa mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan.

Lantaran hal tersebut, para orang tua sepatutnya waspada dan mengawasi jajanan sang anak. Bila mengandung sejumlah bahan berbahaya, tentu kesehatan si kecil juga akan terancam.

Jajanan SD Sudah terkenal dengan kenimatannya (Foto: instagram @masakjajan)

Penting bagi para orang tua dan anak untuk mengenali sejumlah kandungan bahan berbahaya pada jajanan anak.

Pertama Boraks, merupakan bubuk putih menyerupai garam dan tidak memiliki rasa. Biasanya, boraks digunakan untuk bahan membuat detergen, pestisida, hingga pupuk. Namun, bahan tersebut kerap disalahgunakan untuk pengawet makanan.

Apabila boraks dikonsumsi terus-menerus bisa mengakibatkan gangguan otak, hati, serta ginjal. Selain itu, borak juga bisa mengakibatkan muntah, diare, dan syok bisa mengancam nyawa.

Bahan berbahaya kedua, Formalin. Bahan ini kerap ditemukan sebagai pengawet jajanan anak sekolah. Efek jangka panjangnya bisa merusak sistem pencernaan, meningkatkan risiko gagal ginjal, serta memicu kanker.

Bahan berbahaya ketiga, Rhodamin B, merupakan zat pewarna kimia biasa digunakan untuk kertas, tekstil, kayu, dan sebagainya. Apabila si kecil mengonsumsi jajanan mengandung bahan tersebut, maka bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi hati.

Selanjutnya, kuning metanil. Biasanya kuning metanil digunakan untuk pewarna tekstil, kertas, hingga cat. Bila mengonsumsi makanan dengan kandungan kuning metanil dalam jangka panjang bisa memicu penurunan tekanan darah hingga kanker.

Penting untuk mengetahui tips memilih jajanan sehat untuk anak sekolah, menurut dr. Sienny Agustin.

Makanlah makanan rendah gula, lemak, dan garam. Kemudian, pilih juga makanan kaya akan protein, produk biji-bijian utuh, buah-buahan, susu, kacang-kacangan dan kismis.

Bila kamu tidak sempat menyiapkan bekal sekolah, bisa memberitahu anak untuk menghindari jajanan sekolah dengan warna terlalu mencolok, serta memiliki rasa terlalu manis, atau gurih berlebihan.

Kamu juga bisa mengingatkan agar anak tidak membeli jajan diolah hingga gosong, atau menggunakan minyak dipakai berulang-ulang. Lalu, ingatkan juga anak-anak untuk melihat label masa berlaku produk sebelum dikonsumsi. (Ryn)

Baca Juga:

Ragam Tipe Anak Ekskul Ketika Ngilmu di Negeri Aing Masih Tatap Muka

#Juli Ngilmu Di Negeri Aing #Kuliner
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special
Bagikan