SAAT ini teknologi sudah mulai merambah berbagai sektor kehidupan manusia, termasuk dunia medis, yang mulai terjamah digitalisasi dalam upaya mengembangkan dunia kesehatan. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kehadiran digitalisasi medis, salah satunya ialah mudahnya menjangkau pasien hingga ke berbagai pelosok.
Seperti yang dilakukan DoctorTool, sebuah startup medis yang dikembangkan bersama peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Trevino Aristarkus Pakasi, FS, MS, PhD, FISPH, FISCM, SpKKLP. Produk digitalisasi medis itu adalah Internet of Medical Things (IoMT) untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
DoctorTool memiliki misi untuk dapat mengembangkan pelayanan kesehatan, agar mampu menjangkau pasien dan masyarakat di seluruh Indonesia. Dengan dukungan aplikasi dan teknologi IoMT dari DoctorTool, dokter dapat terhubung dengan pasiennya dari manapun.
Teknologi ini sesuai bagi daerah yang sulit terjangkau oleh pelayanan medis di pelosok Indonesia, namun juga sangat sesuai dengan penduduk perkotaan yang mengalami keterbatasan akses ke klinik (home care, palliative care).
Baca juga:
Digitalisasi Layanan Kesehatan Buka Akses bagi Perempuan untuk Mendapatkan Kontrasepsi
Sebagai percontohan pertama, teknologi dari DoctorTool akan diaplikasikan untuk pemantauan penyakit kronis bagi pasien di perkotaan dan untuk deteksi risiko stunting pada bayi dan balita di pedesaan.
DoctorTool menyediakan IoMT seperti alat-alat pemeriksaan tekanan darah, saturasi oksigen, pita pengukur, dan alat ukur tinggi dan timbangan badan yang langsung terhubung sistem rekam medis elektronik pada DoctorTool.
Sistem Internet of Medical Things (IoMT) ini akan digunakan untuk mendata dan mengirim rekam medis pasien ke dokter penanggung jawabnya secara real time. Bila hasil kegiatan ini menjanjikan, implementasi IoMT dapat diadopsi DoctorTool ke daerah-daerah lain guna memperluas akses layanan kesehatan di Indonesia.
DoctorTool diharapkan dapat mengembangkan sistem konsultasi yang berkelanjutan dan berjenjang hingga dapat dilakukan dari daerah untuk kasus-kasus yang memang sesuai dan memungkinkan.
Baca juga:
Digitalisasi Fasilitas Kesehatan Harus Mampu Berdayakan Klinik Daerah

Transformasi digital sektor kesehatan telah menunjukkan manfaat, terutama di situasi pandemi yang tidak menentu. Akan tetapi, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mempercepat digitalisasi pelayanan kesehatan, di antaranya karena akses yang masih terbatas.
Maka dari itu, Kementerian Keuangan mengalokasikan APBN 2022 sebesar Rp 25,4 triliun untuk mengakselerasi proses transformasi digital, termasuk untuk sektor kesehatan. Teknologi Internet of Medical Things dapat menjadi langkah selanjutnya dalam proses digitalisasi kesehatan di Indonesia.
Kementerian Komunikasi dan Informatika pun mendukung IoMT sebagai Solusi Percepatan Layanan Kesehatan Digital. Melalui inovasi IoMT, peralatan dan aplikasi perawatan kesehatan terhubung dengan Internet, sehingga data pasien mudah diperbarui dan dapat diakses langsung.
Dokter-dokter antar daerah pun dapat saling berbagi informasi demi pemantauan kesehatan dan pengobatan pasien dari data rekam medis yang ada guna mencegah penyakit kronis seperti diabetes dan stunting bagi balita Indonesia, terutama mengingat bahwa tingkat stunting di Indonesia masih berada di angka 24,4 persen. (waf)
Baca juga:
Ganja Medis dan Ganja Biasa, Ketahui Perbedaannya